Puri Kauhan Ubud Adakan Kompetisi Film Pendek dalam Memuliakan Air | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 28 Maret 2024
Diposting : 30 August 2022 08:14
DEB/DIR - Bali Tribune
Bali Tribune/Jumpa pers kompetisi film pendek "Purwa Carita Campuhan" yang diselenggarakan Puri Kauhan Ubud di Double Bee Cafe and Resto, Senin (29/8).
balitribune.co.id | Denpasar - Puri Kauhan Ubud berkolaborasi dengan Mini Kino menyelenggarakan kompetisi film pendek bertajuk "Purwa Carita Campuhan". Mengusung tema memuliakan air, kompetisi ini merupakan agenda Sastra Saraswati Sewana II tahun 2022.
 
Hal tersebut disampaikan dalam jumpa pers bertempat di Duoble Bee Cafe and Resto, Senin (29/8). Hadir sebagai narasumber yakni Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, A A G Ngurah Ari Dwipayana, Perwakilan Dewan Juri, Garin Nugroho dan Wayan Suarmaja, serta perwakilan Mini Kino, I Made Suarbawa.
 
Sebelum penjelasan mengenai kompetisi tersebut, Ari Dwipayana memaparkan secara singkat Yayasan Puri Kauhan Ubud yang didirikan pada tahun 2017. Awalnya yayasan ini berfokus pada konservasi, manuskrip, dan warisan. Ia juga mengatakan selain berfokus pada konservasi, pihaknya juga melakukan kreasi untuk mendorong serta mengapresiasi masyarakat khususnya kaum muda untuk dapat menciptakan karya sastra. 
 
Ari Dwipayana menyampaikan, diadakannya kompetisi ini terinspirasi dari cerita rakyat Bali yang di dalamnya memuat pesan lingkungan dan pemuliaan air. Dimana bertujuan bukan hanya sebagai kompetisi, tapi juga mengedukasi perihal lingkungan serta pelatihan khususnya dalam pembuatan film pendek.
 
Sedangkan alasannya dari mengangkat tema mengenai air, dikarenakan air merupakan hal yang penting dalam sistem kepercayaan masyarakat Bali. Dalam upacara panca yadnya pun air menjadi simbol penting. 
 
"Pendekatan konservasi air ini menggunakan konsep "Nyegara Gunung". Berarti tidak hanya menjaga air di hulu, namun juga di hilir dan tengah yaitu "campuhan". Menjaga siklus hidrologi, dimana air dari gunung mengalir ke sungai lalu ke laut," ujarnya.
 
Dari pelaksanaan Purwa Carita Campuhan ini, kata Ari bermaksud ingin menggali peninggalan-peninggalan masa lalu yang mungkin saja terabaikan. Selain itu, juga sebagai langkah identifikasi cerita-cerita rakyat, sebab kepercayaan yang muncul dalam masyarakat Bali berawal dari cerita yang berkembang sebagai mitos.
 
Adapun yang akan menjadi juri dalam kompetisi ini diantaranya, Cokorda Kertiyasa (Cok Ibah), Anak Agung Gede Ariawan, Robi "Navicula", Happy Salma, serta Koordinator penyuluh Basa Bali, Wayan Suarmajaya.
 
Pada tahun 2021, lanjut Ari Dwipayana gelaran Sastra Saraswati Sewana menghasilkan penciptaan baru bertema Pamarisuda Gering Agung. Mengundang respon yang luar biasa, dengan munculnya karya-karya tradisional baru, seperti cerpen, geguritan, kakawin, satua, serta puisi berbahasa Bali, yang diciptakan bertepatan dengan situasi pandemi.
 
Berlanjut di tahun 2022, Ia melihat semakin banyak anak muda Bali yang ingin menunjukan karya sastranya. Maka dari itu, diikuti program "milenial nyastra", gelaran ini diharapkan menjadi kesempatan mewadahi potensi serta kreatifitas anak muda dalam penciptaan karya sastra Bali.
 
"Agar anak muda Bali itu punya kemauan belajar dari temannya yang bergerak di bidang sastra dan membuka pandangan anak muda, bahwa dunia sastra bukan suatu hal yang menyulitkan, bahkan mampu "menghidupi" mereka," katanya.
 
Selain itu, Yayasan Puri Kauhan Ubud juga menggunakan pendekatan Seni dan Budaya. Hal itu dipilih karena kehidupan masyarakat Bali terikat dengan aspek budaya. Dengan begitu, terbentuk kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga dan menghargai budaya Bali.
 
Ari Dwipayana yang juga Koordinator Staff Khusus Presiden itu menjelaskan, jika tahun ini Sastra Saraswati Sewana tidak hanya menampilkan karya sastra atau cerita rakyat melalui seni tari, tapi juga melalui cara seperti pembuatan film pendek dan video.
 
"Saya memandang, sastra bukanlah pemenuhan kepuasan terhadap pembaca semata, melainkan diperlihatkan dalam 'laku' atau tindakan. Maka dari itu, tahun ini Puri Kauhan Ubud mengangkat tema Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara, yang mengarah ke 'laku' terhadap pemuliaan air," ucapnya.