Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Renungan Menjelang Hari Raya Nyepi Tahun 2018

kelobaan
Ida Pelingsir Agung Putra Sukahet

BALI TRIBUNE - Seolah tinggal menghitung hari, bahkan kurang dari sepekan seluruh umat Hindu di jagat raya ini bakal menyambut dan memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940, tepatnya Sabtu, 17 Maret 2018 mendatang. Lantas, mengapa Tahun Baru Saka harus dirayakan dengan cara Nyepi? Juga, mengapa alam jagatraya, khusunya Bali harus sepi pada saat Hari Raya Nyepi?

Ketua Forum Kerukunan antar-Umat Beragama (FKUB) Bali, Ida Pelingsir Agung Putra Sukahet, ketika ditemui di Denpasar, kemarin, menjelaskan, agar pelaksanaan Hari Raya Nyepi bisa berjalan baik, lancar, aman dalam kedamaian, sehingga dapat menciptakan suasana aman, damai, sejahtera, tanpa bencana alam yang dahsyat, tidak terjadi kekacauan bagi Bali dan bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat Bali, telah dilakukan musyarakat dengan para tokoh lintas agama dan pihak terkait.

Bahkan pada pertengahan Februari 2018 lalu, pihak Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Bali mengundang FKUB Bali, semua majelis agama seperti, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), MPAG, Keuskupan, Walubi dan Matakin, MUDP, Paiketan Pecalang Bali, Forpela, Forgimala, ormas keagamaan. Dalam musyawarah itu juga mengundang semua instansi seperti Pemda Bali, Polda Bali, Kodam IX/Udayana, Korem 163/Wira Satya, KPID, Dinas Kominfo, Angkasa Pura I, Otoritas Bandara, Otoritas Pelabuhan, dan sejumlah instansi terkait lainnya.

Sebagai narasumber, Ida Pelingsir Agung Putra Sukahet menekankan prinsip prinsip dan pentingnya senantiasa membangun dan menjaga kerukunan, terutama saat pelaksanaan Nyepi di Bali. Menurutnya, makna peringatan Hari Raya Nyepi itu ada 2, yaitu melaksanakan syukuran atau memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kemudian melakukan instrospeksi diri untuk kehidupan yang lebih baik di kemudian hari.


Serta, Tahun Baru Saka juga ditandai atau dimaknai dengan upaya ritual “Nyomia Bhuta Kala”, yaitu semua wujud dan kekuatan “bhuta kala” sampai pada tingkatan “Panca Maha Bhuta”. Yaitu, “maha bhuta” yang terdiri dari “apah” (unsur air yang berupa benda cair), “teja” (unsur cahaya, termasuk api), “bayu” (unsur udara, seperti angin), “akasa” (unsur langit, kekosongan), “pertiwi” (unsur tanah dan benda padat) dengan melakukan Upacara Tawur Agung Kesanga saat Tilem Kesanga.


Syarat “Nyomia” katanya, semua unsur “bhuta kala” sampai pada tingkatan “Panca Maha Butha” adalah suasana jagat atau alam yang harus sepi, hening, dan heneng, juga tidak ada nyala api, yaitu dengan melaksanakan “Catur Berata Penyepian”. Yaitu, melaksanakan “amati geni” (tidak ada nyala api atau yang menimbulkan cahaya), “amati karya” (tidak bekerja atau istirahat dan menenangkan diri), “amati lelungaan” (tidak keluar rumah), dan “amati lelanguan” (tidak menikmati hiburan, tontonan juga tidak boleh ada kebisingan apalagi keributan).


“Setelah diberikan persembahan “Tawur Agung”,  besoknya disuguhkan suasana sepi, hening dan heneng, maka barulah “bhuta kala” itu bisa “somia”, yaitu keadaan tenang, senang, dan bahagia. Pada saat “somia” maka karakter “bhuta kala” akan berubah dari watak yang buruk, merusak, menghancurkan, membinasakan menjadi watak “dewa” yaitu karakter baik yang menolong, mengasihi, dan bermanfaat bagi kehidupan,” jelasnya, seraya menegaskan, “nyomia” artinya membuat tenang, senang, dan bahagia, bukan mengusir apalagi membunuh.


Hari Raya Nyepi menjadi tonggak untuk penghormatan kepada alam semesta, dengan menjaga dan memeliharanya, sehingga saat Nyepi alam bisa bernafas lega, tanpa kegaduhan, gangguan, dan polusi serta menjadi tenang dan bahagia. Dengan demikian, Hari Raya Nyepi yang didahului “Tawur Agung Kesanga” adalah untuk kerahayuan dan kesejahteraan jagat untuk semua mahluk hidup, termasuk untuk semua umat manusia.


“Hari Raya Nyepi disamping unik, juga sifatnya berbeda dengan hari raya keagamaan Hindu yang lain, seperti Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Ciwaratri. Hari Raya Nyepi diprioritaskan diatas hari raya yang lain, jadi seandainya pelaksanaannya bersamaan seperti saat ini, maka peringatan Hari Saraswati juga harus terlaksana dengan baik,” katanya.
Semua umat diharapkan untuk selalu waspada, eling, dan tetap dalam  pengendalian diri, khususnya bagi umat Hindu untuk ”nyomia” karakter bhuta yang terdapat pada pribadi masing masing berupa “sad ripu”, yaitu enam musuh dalam diri, seperti hawa nafsu, kelobaan, kemarahan, kebingungan, kemabukan dan sifat iri hati. Juga “sapta timira”, yaitu tujuh kegelapan diri atau kemabukan karena ketampanan/kecantikan, kekayaan, kepandaian, kebangsawanan, keremajaan, keberanian, dan kemenangan.


Kedua unsur sifat “bhuta” dalam diri ini cenderung membangkitkan sad atatayi”, yaitu enam perbuatan jahat yang terdiri dari perbuatan yang suka membakar dalam arti merusak, meracun, menyalah gunakan ilmu hitam karena sombong dengan kepandaian ilmu hitamnya, mengamuk karena tak bisa menahan amarah atau dendam, memperkosa, dan memfitnah.

wartawan
Djoko Moeljono
Category

Astra Motor Racing Team Raih Podium di Tiga Kelas Mandalika Racing Series

balitribune.co.id | Mandalika - Berlokasi di sirkuit Mandalika International, Lombok tim Astra Motor Racing Team di bawah naungan Astra Motor kembali raih podium di tiga kelas berbeda gelaran Mandalika Racing Series (MRS) ronde ke tiga pada 16-17 Agustus 2025.

Turun di kelas kejurnas yaitu NS250cc, NS150cc dan Junior NS150cc dengan menggunakan motor Honda CBR 250RR dan Honda CBR 150R.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Di Badung, Dagang Nasi Jinggo dan Be Genyol Juga Didata Petugas Pajak

balitribune.co.id | Mangupura - Belum selesai protes-protes soal kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang dianggap bombastis. Kini sejumlah pedagang nasi jinggo dan be genyol di wilayah Kecamatan Mengwi, Badung mengaku resah.

Pasalnya, usaha kecil mereka belakangan didatangi oleh petugas pajak bentukan Pemkab Badung. Pelaku UMKM inipun mengaku khawatir usaha mereka bakal dipajaki.

Baca Selengkapnya icon click

Buleleng Festival Kedepankan Sinergi Seni Budaya, UMKM, Digitalisasi, dan Pembangunan Hijau

balitribune.co.id | Singaraja - Buleleng Festival (Bulfest) 2025 kembali digelar dengan nuansa baru yang mengedepankan sinergi seni budaya, pemberdayaan UMKM, transformasi digital, serta konsep pembangunan hijau dan berkelanjutan. Festival ikonik Kabupaten Buleleng ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga wadah besar untuk menggerakkan potensi lokal sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Amed Jukung Race, Perhelatan Perahu Layar Tradisional yang Memikat

balitribune.co.id | Amlapura - Selain terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan pantainya yang berada di bawah lembah, nelayan di Pantai Amed, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, juga memiliki event tahunan yakni Amed Jukung Race. Lomba perahu layar tradisional yang digelar setiap hari kemerdekaan RI ini menjadi event yang paling dinanti wisatawan asing.

Baca Selengkapnya icon click

Pura Puseh Desa Adat Dadia di Babahan Kemalingan, Ribuan Uang Kepeng Raib

balitribune.co.id | Tabanan – Pura Puseh Desa Adat Dadia di Banjar Dadia, Desa Babahan, Kecamatan Penebel kemalingan. Ribuan pis bolong atau uang kepeng yang ada di pura itu raib.

Peristiwa ini diketahui pada Rabu (20/8) siang. Saat itu, prajuru desa adat dan Pura Puseh sedang melakukan persiapan upacara Sri Rambut Sedana.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.