Diposting : 2 January 2020 00:14
Nyoman Astana - Bali Tribune
balitribune.co.id | Gianyar - Memasuki tahun kelima, keunikan ritual Siyat Yeh (Perang Air) yang digelar ratusan warga Desa Adat Suwat, Gianyar, Rabu (1/1) justru semakin memagnet pengunjung. Tahapan pelaksanaannya pun semakin berkualitas karena dibalut dengan upaya kelestarian lingkungan. Selain panglukatan di awal tahun, dalam ritual ini warga memohon agar mata air terus menyembul.
Sekitar pukul 14.30 Wita, seluruh warga langsung berdesak-desakan di simpang empat desa dengan membawa gayung. Seiring gamelan ditabuh, mereka langsung beraksi dengan saling siram dan semprot tanpa mengenal kawan dan lawan. Tidak hanya laki-laki, gadis-gadis dan ibu rumah tangga juga ikut barbaur turut berperang. Perang pun semakin seru dan wisatawan asing yang awalnya hanya menonton, akhirnya terpancing ikut berbaur.
Ritual tahunan ini diawali dengan prosesi ruwatan. Seluruh warga berkumpul dan mengikuti prosesi ruwatan, lanjut dipercikkan air suci oleh seorang pinandhita. Selanjutnya, suguhan tarian yang pada bagian akhirnya berisikan adegan pemanahan air suci dalam kendi.
“Dalam ritual perang air ini, warga desa meruwat diri untuk melangkah di tahun baru 2020, sekaligus memohon agar mata air sakral di desa kami terus menyembul sepanjang tahun dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan,” ungkap Bendesa Aadt Suwat, Ngakan Sudibya.
Ritual ini, lanjut dia, memang mewajibkan keterlibatan seluruh warga dari berbagai umur. Ritual ini untuk membangkitkan rasa tanggung jawab bersama, dimana tahun lalu sejumlah areal persawahan sempat kekeringan lantaran kesadaran terhadap lingkungan mulai menurun. Belum lagi, masalah plastik yang juga mengancam desa setempat.
Sebelum pelaksanaan perang air, sejumlah kegiatan juga mengawali, seperti treking. Prajuru, panitia, dan warga Desa Suwat, Gianyar menyisir alur jalan persawahan melewati terasering. Peserta treking diwajibkan memungut sampah terutama sampah plastik. Siapa yang paling banyak mengumpulkan sampah, mendapat hadiah. Para peserta pun tampak antusias. Usai itu dilanjutkan dengan penanaman 50 jenis pohon yang fungsinya sebagai sarana keperluan upacara.
Selanjutnya, ritual mendak tirta ke beji (sumber air bersih dan suci) yang berlokasi di alur sungai atau Tukad Melangge. Tirta ini untuk persiapan siat yeh keesokan harinya. Di hari yang sama sekitar pukul 15.00 Wita acara dilanjutkan dengan permainan tradisional di tengah sawah. Berbagai jenis permainan seru digelar mulai dari tarik tambang, menangkap bebek, mengusung kendi dan sebagainya.