Sanggar Kayonan Buat Film Dokumenter Perang Kusamba | Bali Tribune
Diposting : 24 May 2017 17:34
Ketut Sugiana - Bali Tribune
Dokumenter
FILM - Pengambilan gambar film Dokumenter perang Kusamba oleh Sanggar Kayonan Klungkung.

BALI TRIBUNE - Komunitas Seni Sanggar Kayonan Klungkung mengarap film dokumenter Perang Kusamba. Dengan melibatkan 40 siswa yang berperan menjadi tentara Belanda lengkap dengan pakian loreng dan bendera belandanya, serta 20 orang masyarakat di Desa Kusamba, Sanggar Kayonan merasa optimis film dokumenter yang diciptakannya akan siap dipentaskan pada, 25 Mei 2017 mendatang di depan Monumen Kusamba.

“Film ini saya buat bukan program milik Pemkab Klungkung, tapi murni saya ciptakan untuk mengenang nilai-nilai kepahlawanan yang terjadi di Perang Kusamba,” demikian disampaikan Ketua Sanggar Kayonan, I Dewa Gede Alit Saputra, Senin (22/5).

Dewa Gede Alit menceritakan, dalam film dokumenter ini ada pemeran utama yang saat ini menjadi tokoh bagi masyarakat Klungkung, yakni Ida I Dewa Agung Istri Kanya. Kehadiran sosok Ida I Dewa Agung Istri Kanya yang dimainkan oleh Veny mahasiswa ISI Denpasar adalah sebagai bukti bahwa di dalam Perang Kusamba ini telah ada sosok perempuan Bali yang berani berjuang untuk melawan tentara Belanda. “Selain itu, kehadiran film dokumenter ini juga menjadi penegasan bahwa di Desa Kusamba adalah salah satu situs sejarah yang pernah menjadi saksi bisu masyarakat Kusamba dalam menghadapi penjajah Belanda,” katanya.

Film dokumenter ini juga diceritakannya akan mengangkat beberapa lokasi perang hingga benteng pertahanan laskar Klungkung saat menghadapi Belanda saat mendarat di Pantai Pesinggahan, Kecamatan Dawan.

Kata Dewa Gede Alit, benteng pertahanan laskar Klungkung yang pertama berhasil diterobos oleh tentara Belanda ialah Sunda Lawas yang saat ini bernama Goa Lawah. Setelah melewati Goa Lawah, Belanda berhasil menaklukan pasukan Klungkung di Tukad Banges yang juga merupakan benteng pertahanan kedua. “Di Tukad Banges ini banyak darah pasukan Klungkung yang mengalir,” ceritanya.

Setelah Tukad Banges, Belanda diceritakannya berhasil menyerang Puri Kusanegara di Desa Kusamba pada 24 Mei 1849. Jatuhnya Kusamba membuat geram Ida I Dewa Agung Istri Kanya dan malam itu juga disusun strategi untuk merebut kembali Kusamba yang melahirkan keputusan untuk menyerang Kusamba pada 25 Mei 1849 dini hari. Kebetulan, tentara Belanda membangun perkemahan di Puri Kusamba karena merasa kelelahan. Hal ini kemudian dimanfaatkan betul oleh Ida I Dewa Agung Istri Kanya.

Tepat pada pukul 03.00 dinihari, tercatat Anak Agung Ketut Agung, sikep dan laskar Klungkung menyergap tentara Belanda di Kusamba. Kontan saja tentara Belanda yang sedang beristirahat itu kalang kabut. Dalam situasi yang gelap dan ketidakpahaman terhadap keadaan di Puri Kusamba, mereka pun kelabakan.

Dalam keadaaan kacau balau itu, Jenderal Michels berdiri di depan puri. Untuk mengetahui keadaan di sekitar Puri Kusamba, tentara Belanda menembakkan peluru cahaya ke udara. Keadaan pun menjadi terang benderang dan hal ini kemudian dimanfaatkan laskar Klungkung dan Ida I Dewa Agung Istri Kanya untuk mendekati Jenderal Michels. Saat itulah, sebuah meriam yang dalam mitos Klungkung dianggap sebagai senjata pusaka dengan nama I Selisik, konon bisa mencari sasarannya sendiri dan berhasil ditembakkan dan langsung mengenai kaki kanan Sang jenderal. Kondisi ini pun memaksa tentara Belanda mundur ke Padang Bai dan Jenderal Michels sendiri yang sempat hendak diamputasi kakinya akhirnya meninggal sekitar pukul 23.00.