
balitribune.co.id | Bangli - Jelang Natal dan Tahun baru harga telor sempat naik hingga sentuh harga Rp 50 ribu per tray. Namun belakangan ini harga telor dipasaran alami penurunan. Diduga turunnya harga telor karena kebijakan pemerintah terapkan pembatasan kegiatan masyarakat pasca merebaknya kasus positif Covid-19 belakangan ini.
Salah seorang peternak ayam petelor, I Wayan Suparta mengatakan harga telor sempat naik jelang hari raya Natal dan Tahun Baru. Namun dalam hitungan dua pekan harga telor kembali turun. Sebelumnya harga telor untuk telor besar (TB) Rp 50 ribu per tray. Sedangkan kini harga telor ukuran TB Rp 30 ribu per tray.
”Harga telor memang sempat naik namun dalam hitungan dua pekan kembali anjlok,” ujarnya, Minggu (30/1).
Kata Wayan Suparta dengan harga telor Rp 55 ribu per tray memang peternak bisa raih untung, namun dengan harga Rp 30 ribu per tray peternak hanya bisa tutup harga pakan saja atau operasional saja.
Sebutnya, jika harga telor terus alami penurunan maka tidak menutup kemungkinan banyak peternak pemula akan gulung tikar.
”Berkaca dari turunnya harga telor pada Oktober hingga memasuki peterngahan bulan Desember 2021, banyak peternak gulung tikar,” ungkap peternak asal Desa Pengiangan, Kecamatan Susut ini.
Disinggung turunnya harga telor, Kata Wayan Suparta kemungkinan karena ada kebijakan pemerintah kembali terapkan pembatasan kegiatan masyarakat pasca kembali merebaknya kasus Covid-19 belakangan ini.
”Dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat tentu berimbas pada permintaan telor di pasaran,“ kata pria yang berprofesi sebagai kontraktor ini.
Sementara untuk harga pakan bervariatif yakni ada yang harga naik dan turun. Untuk harga jagung alami penurunan yakni dari harga sebelumnya Rp 5.500 per kilo turun jadi Rp 5.300 per kilo, sedangkan untuk pakan jenis Sentrat alami kenaikan yakni dari Rp 7.800 per kilo naik jadi Rp 8.000 per kilo.
“Untuk harga jenis pakan ada yang naik dan ada juga alami penurunan, untuk jagung kemungkinan turun karena terjadi panen raya,” sebutnya.