Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Semua Sulinggih Kedudukannya Sama

bupati
PARUMAN - Bupati Suwirta gelar paruman di Pura Dasar Buana sikapi kasus isu pelecehan Sulinggih.

Semarapura, Bali Tribune

Dresta abad 15 sebelum berdirinya Pura Besakih telah terjadi eksodus dari Majapahit ke Pura dasar Buana Gelgel sebagai pusat kerajaan di Bali untuk mempersatukan semua trah baik pasek, pande, brahmana, satria dalem dan unsur trah lainnya dipersatukan di wewengkon Pura dasar Buana, Desa Gelgel, Klungkung.

Hal itu dipaparkan Pengeling Pura dasar Buana Cok Gde Ngurah. Menurutnya Setelah runtuhnya majapahit terjadi eksodus ke Bali. Disebutkan, Desa Pakraman Gelgel ditugaskan sebagai pengempon pura dan menangani setiap piodalan sedangan krama subak mendapat tugas setiap purnamaning kapat mendapat tugas sebagai jahyana karya pengusaban intinya untuk kesejahteraan masyarakat. Biar tidak ada penafsiran sendiri-sendiri yang penting persatuan dan kesatuan masyarakat Bali dan NKRI harga mati.

Desa Pakraman Gelgel adalah desa pakraman yang tertua di Bali berbeda dengan desa pakraman yang lainnya. Nilai lama jika sampai sekarang baik perlu dipertahankan sedangkan nilai baru belum tentu baik,jelasnya. Dirinya ngayah sebagai pengeling pura sejak tahun 1986 sejak ditinggal ayahnya cokorda Agung. Sastrawan dan sejahrawan Profesor AA Bagus Wirawan, Msi menambahkan, dresta bukan dibuat saat ini atau untuk kepentingan kelompok siapapun melainkan dresta yang sudah ada sejak Babad Dalem abad 15 sebelum adanya Pura Besakih saat itu.

Karena itu, semua trah diperlakukan sama dan kedudukannya setara sejak jaman Dalem Waturenggong. Paparan akhli babad Bali yang juga sejarahwan AA Bagus Wirawan melengkapi penjelasan Pengeling Pura Dasar Buana Cok Gde Ngurah. Lebih jauh sastrawan AA Bagus Werawan menyebutkan, “Masalah tempat duduk artau genah muput para Sulinggih sudah disediakan di Pura Dalem Bhuana Gelgel, namun masalah genah muput itu memang dibedakan berdasarkan dresta atau aturan yang mengikat secara sastra,” kata Prof Wirawan.

Ia mengatakan, perbedaan yang dimaksud bale pemiyosan atau genah muput yang ada di Pura Dasar Bhuana Gelgel memang tidak boleh digunakan oleh Sulinggih dari kalangan manapun termasuk Pedande, karena berdasarkan dresta yang dikutip dari Babad Dalem di abad ke 15, kalau yang memegang kekuasaan atau raja Ide Dalem Waturenggong maka bale pemiosan atau pewedaan yang terletak di utama mandala Pura Dasar Buana hanya bisa digunakan oleh Ida Sulinggih Yajmana Karya miwah Ida Bagawanta Puri Agung saat petirtaan serta saat Pengusabaan purnamaning kapat.

“Berdasarkan Dresta yang kami warisi bale pemiosan hanya bisa digunakan oleh Ida Peranda pada saat Petirtaan atau Pujawali, Pengusabaan Jagat atau Nini,” jelasnya. Namun, jika ada sulinggih yang masuk areal pura diluar kegiatan upacara jagat di Pura Dasar, pihaknya juga menyediaan ruang untuk pemuputan.Ruang itu ditempatkan pada penataran Bale Bebantenan yang berada di depan pemiosan Pura Dasar. “Jadi kalau kami dikatakan tidak menyediakan tempat untuk sulinggih muput itu tidak benar,” ujar sastrawan dan sejahrawan yang juga dosen di Universitas Udayana ini tegas.

Paruman di Wantilan Pura Dasar Buana, Gelgel, Klungkung Rabu(31/8) yang khusus digelar Bupati Suwirta ini dihadiri lengkap seluruh trah yang terkait dimerajan Pura Dasar Buana Gelgel, Klungkung antara lain Ketua PHDI Klungkung Ketut Suartana, Ketua MDP Klungkung Ketut Rupia Arsana, Ketua MPGSR Klungkung Wayan Sudiasa, Ketua Pesemetonan Pande Klungkung Wayan Sutena, Pengeling Pura Dasar Buana Cok Gde Ngurah, Bendesa Pakraman Gelgel Putu Arimbawa, Jro Mangku Pura Dasar Buana, Sekda Klungkung, Putu Gde Winastra, Camat Klungkung, Kapolsek serta Danramil Klungkung dan pengurus Desa Pakraman Gelgel.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, saat mengawali, menengahi konflik masalah tempat duduk yang dikhususkan untuk Sulinggih muput sulinggih yang diributkan dalam media social Facebook menyatakan rasa penyesalan yang dalam karena hal kecil yang bisa dimediasi dengan hati yang tenang dan tulus harus diunggah ke medsos sehingga sebagai umat Hindu hal ini sangat disayangkan.

Pengurus MGPRSR Klungkung Wayan Sudiarsa menyatakan sudah menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya kepada warga pasek termasuk sudah mengontak Bendesa Pakraman Gelgel, Putu Arimbawa mempertanyakan masalah yang sebenarnya dan duduk persoalannya. Dirinya sangat memahami persoalan ini sebagai miskomunikasi semata dan siap membawa persoalan ini ke pengurus pusat untuk bisa mendapatkan pencerahan bersama tidak ada lagi konplik yang tidak perlu.

Pada kesempatan tersebut Bupati Suwirta menegaskan kalau pihaknya hadir hanya sebagai mediasi tidak memihak. Namun yang pasti, Bupati asal Nusa Ceningan ini berharap agar konflik atau miskomunikasi ini diakhiri, sehingga persoalan tidak melebar. Bupati lebih jauh berharap warga pasek yang di Klungkung dan di gelgel bisa memberikan masukan kepada pengurus Pusat MGPRS Bali dengan harapan bisa memahami maslah pokok genah pewedaan sulinggih yang sebenatrnya seperti apa kejadiannya .

Bendesa Pakraman Gelgel menjelaskan, kronologis kejadian 18 Agustus jam 14.21 ada krama yang datang ingin ngaturang ajar ajar muspa sekaligus mepuja. Saat itu disebutkan sebagai pengempon menjelaskan tempat tempat dimana saja bisa mepuja. Namun sulinggih yang datang minta di bale pemiosan minta muput, namun karena dresta tidak ada seperti itu dipersilahkan muput ditempat lain namun sulinggih malah minta di bawah dengan dalih mepuja napak pertiwi, dan saat itu Sulinggih yang meminta muput di tempat tersebut.

Namun sayangnya yang menjadi persoalan adalah dengan diunggah di FB ada jro mangku yang duduk di kursi dianggap melecehkan Sulinggih. Padahal itu tidak ada sejatinya seperti diperbincangkan di FB. Kemudian menghindari polemik adat minta pertimbangan pengeling Pura dan Ide Dalem Bagawanta Puri sampai adanya paruman yang digelar Bupati saat ini. Namun setelah itu ada krama dari ulakan yang datang tangkil. Namun saat itu terjadi perdebatan minta mepuja di bale pemiosan namun karena dresta yang mepuja di tempat tersebut hanya sulinggih saat karya saja, pada saat tertentu siapapun pedande maupun sri empu tidak diperkenankan mepuja ditempat tersebut.

Karena itu, sesuai dengan rekonstrulksi kejadian yang sesungguhnya di hadapan bupati, pengeling pura, pengurus MGPRSR dan krama termasuk wartawan menyaksikannya untuk mendapatkan realita yang sebenarnya sehingga persoalan ini bisa selesai saat ini dengan saling pengertian. Ketua Pasemaye Pande Klungkung, Wayan Sutena, sependapat dengan dresta setempat. Tidak harus sulinggih muput di tempat ini nah ini yang tidak nyambung bagi warga pande siapapun yang muput saat petirtaan di Pura Dasar Buana Gelgel tidak masalah karena itu sudah sepengetahuan semua pihak termasuk warga Pande.

wartawan
Ketut Sugiana
Category

Tanpa Antre, Nabung Emas Lewat Aplikasi Pegadaian Digital

balitribune.co.id | Jakarta - PT Pegadaian sebagai lembaga jasa keuangan dan merupakan pelopor layanan Bank Emas pertama di Indonesia sudah berpengalaman dalam bisnis emas. Pegadaian memiliki produk Cicil Emas dan Tabungan Emas Pegadaian yang memberikan alternatif pembelian emas pada masyarakat tanpa perlu antre.

Baca Selengkapnya icon click

Dua Tahun Pelayanan Air Bersih Harus Tuntas

balitribune.co.id | Semarapura - Prioritas Pelayanan air bersih masih menjadi pekerjaan rumah paling serius yang belum bisa tuntas. Terutama di wilayah Kepulauan Nusa Penida. Menyikapi situasi itu, Bupati Klungkung Made Satria optimis, mampu menuntaskan 100 persen cakupan pelayanan air bersih dalam waktu dua tahun. 

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Pemerintah Pastikan Proyek Tol Mengwi-Gilimanuk Lanjut

balitribune.co.id | Negara - Pembangunan Jalan Tol Mengwi–Gilimanuk kini dipastikan akan terus berjalan setelah sebelumnya sempat dikabarkan dicoret dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Kepastian ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 yang telah ditandatangani oleh Presiden RI, Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

3.100 Pelari Meriahkan Adhyaksa International Run 2025 di The Nusa Dua

balitribune.co.id | Badung – Event lari bergengsi Adhyaksa International Run (AIR) 2025 kembali digelar di kawasan The Nusa Dua, Bali, yang dikelola oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC, pada Minggu (27/4). Diselenggarakan oleh Tunas Muda Adhyaksa, ajang ini merupakan lomba lari berskala internasional yang mengundang partisipasi pelari dari dalam maupun luar negeri.

Baca Selengkapnya icon click

Adhyaksa International Run 2025, PLN Ajak Peserta Nikmati Layanan Digital

balitribune.co.id | Badung - Ratusan peserta Adhyaksa International Run 2025 yang memadati Discovery Mall Bali untuk pengambilan race pack disambut kehadiran booth khusus dari PT PLN (Persero). Selama dua hari, Jumat hingga Sabtu (25-26 April 2025), para pelari bisa mengenal lebih dekat layanan digital PLN melalui aplikasi PLN Mobile.  

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.