Tangkal Penyebaran Hoax, Masyarakat Harus Bijak Memilah Informasi | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 6 July 2022 04:47
M3 - Bali Tribune
Bali Tribune/ Praktisi media I Gde Suyadnyana

balitribune.co.id | Denpasar, Bali TribuneSarasehan bertajuk “Desain dan Media, Penanda Banyu Bening” mengisi agenda Pesta Kesenian Bali (PKB), Senin (4/7/2022).

Dalam kegiatan tersebut ditekankan tentang kebijaksanaan masyarakat dalam memilah informasi agar terhindar dari hoax.

Menghadirkan narasumber yang merupakan seorang praktisi media, I Gde Suyadnyana. Dalam kegiatan yang berlangsung daring tersebut, Ia mengatakan peran media kini sudah menjauh dari istilah “banyu bening”.
“Jika ditelusuri, di awal kehadiran media massa, layaknya seperti banyu bening atau air yang jernih, murni timbul dari hati nurani dan idealisme sang wartawan (jurnalis) demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Desain-desain yang ditampilkan, khususnya media cetak dan elektronik, masih sangat sederhana namun penuh makna," ungkap Suyadnyana.

Akan tetapi, menurutnya dalam perkembangan dari masa ke masa, media justru menjadi ladang bisnis bahkan dimanfaatkan menjadi lahan politik. Ada pula pemilik media yang mendirikan partai politik hingga menjadi ketua parpol.

Disisi lain, media massa yang dulunya hanya berupa media cetak dan elektronik, dengan kemajuan teknologi informasi, menjadi tergerus oleh kehadiran media online dan media sosial.

Sayangnya, melalui media tersebut terbentuk pola-pola pemberitaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Seperti misalnya dipakai untuk propaganda, menyebar fitnah atau mendiskreditkan orang-orang tertentu. Dimana itu bisa menimbulkan masalah-masalah turunan yang lebih besar.

“Celakanya, sebagian masyarakat lebih memilih membaca informasi, menonton konten settingan di media online yang tak teruji kebenarannya alias hoax, dimana selama ini banyak menimbulkan kegaduhan di masyarakat," katanya.

Maka, tak heran jika belakangan ini banyak muncul kasus-kasus pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) hingga berujung pengadilan dan pemenjeraan.

Namun, Suyadnyana menyebut meski media online telah berkembang pesat, bagi sebagian orang khususnya kaum intelektual dan orang-orang tua, masih percaya dengan media cetak (surat kabar) karena menganggap masih kredibel dan patut dipercaya.

Tidak hanya media cetak, media online pun sudah banyak yang punya izin dan diverifikasi Dewan Pers sehingga layak dipercaya masyarakat. Karena berita, foto maupun video yang disajikan telah memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik.

“Maka untuk menghindari kegaduhan, saatnya masyarakat Indonesia, khususnya Bali, lebih cerdas memilih media yang kredibel. Lebih baik kita membaca berita-berita yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain,” pesan Suyadnyana yang telah 36 tahun bergelut di dunia jurnalistik.

Sedangkan bagi media massa, kepercayaan atau citra yang baik sangat menentukan keberlangsungan media itu sendiri. “Media yang menyajikan berita-berita bohong dan merugikan masyarakat, niscaya akan ditinggalkan pembaca, pendengar, atau pemirsanya,” pungkas Suyadnyana.