Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Terancam Tol, Tiga Banjar Adat Minta Pemerintah Tak Abaikan Sejarah

Bali Tribune / TERANCAM - Permukiman warga di Banjar Adat Sumber Baru yang kini warganya sudah diminta mengosongkan rumah yang mereka tempati.

balitribune.co.id | Negara - Dibalik hingar bingar rencana pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi serta sarana pariwisata pendukungnya, justru menimbulkan keresahan banyak warga, Seperti kini dirasakan oleh ratusan KK di tiga banjar adat di Kecamatan Pekutatan. Warga yang menempati tanah milik Pemprov Bali ini kini sudah diminta meninggalkan lahan yang dibuka oleh para leluhur mereka sejak sebelum Indonesia Merdeka.

Menjelang pembangunan jalan tol dan sarana pariwisata pendukungnya, ratusan warga di tiga banjar adat di Kecamatan Pekutatan yakni Banjar Adat Sumbermis Banjar Pasar Pekutatan, dan Banjar Adat Koprahan Pekutatan serta Banjar Adat Sumber Baru Banjar Swastika Panghyangan kini resah. Pasalnya, Direksi Perumda Kerta Bali Sagunan Provinsi Bali telah melayangkan surat untuk mengosongkan rumah dinas/mess di kawasan Unit Perkebunan Pekutatan. Mereka berharap Pemerintah Provinsi Bali tidak mengabaikan sejarah.

Dalam surat yang ditandatangani Diretur Utama Perumda Kerta Bali Sagunan Provinsi Bali nomor 266/PUD/UM?VIII/2022 tanggal 2 Agustus 2022 perihal Pengosongan Rumah Dinas/Mess tersebut, menyebut dengan akan dibangunnya Jalan Tol dan Theme Park di kawasan Unit Perkebunan Pekutatan-Jembrana dalam waktu dekat, perlu dilakukan perataan lahan dengan melakukan pembongkaran terhadap rumah-rumah dinas karyawan. Para Eks karyawan Perusda Bali ini diberi batas waktu hingga Senin (15/10) mendatang.

Ketut Dana (46) warga Sumbermis menuturkan lahan yang mereka tempati turun temurun ini dibuka oleh leluhur mereka sebelum Indonesia merdeka, “kami sudah 5 generasi tinggal disini. Jauh sebelum ada Pemprov Bali dan Perusda Bali. Dijaman penjajahan ratusan tahun lalu leluhur kami dari Karangasem, Bangli dan Buleleng didatangkan ke Pekutatan untuk merambah hutan. Tidak hanya untuk kebun karet, tapi juga diberikan untuk tempat tinggal, Tapi kenapa setelah merdeka, sejarah ini diabaikan. Justru kami dibuat bergejolak,” tuturnya.

Warga lainnya, Kadek Suyasa (56) menyesalkan setelah sumber penghidupan mereka sebagai buruh sadap karet terdampak, kini tempat tinggal mereka terancam, “sekarang penghasilan sehari-hari saja sudah sudah sulit. Pohon karet di jalur tol sudah ditebang. Padahal kami tinggal disisi barat jalan. Lahan untuk pembangunan ditimur jalan tidak kurang, masa harus menggusur penduduk,” keluhnya. Warga lainnya I Gede Miasa mengaku tidak pernah menolak program pemerintah, namun berharap jangan sampai menelantarkan warga setempat.

“Apapun yang dibangun pemerintah kami selalu mendukung, tapi masyarakat harus diperhatikan. Kami sudah pernah bersurat ke direksi. Kami tidak punya tempat tinggal lain, hanya hasil kerja keras leluhur ini yang bisa kami tempati, harus kemana kami?,” ujarnya. Kelihan Adat Sumbermis, I Ketut Murjanan menyebut jumlah krama di wilayahnya 130 KK dan 2 KK muslim, “satu banjar adat sampai perbatasan Temukus Asahduren. Ada dua pura yang diempon yaitu Pura Kawitan dan Pura Taman serta ada Mushola untuk muslim,” sebutnya.

Begitupula yang kini dirasakan krama Banjar Adat Koprahan. Salah seorang krama yang enggan disebutkan namanya menyebut ada puluhan KK yang terancam tergusur, “di Koprahan satu banjar adat ada 36 Hindu dan 7 muslim. Kalau kami digusur, jelas banjar adat ini akan hilang. Kami tidak menolak pembangunan tapi pikirkan juga nasib kami sebagai masyarakat kecil. Kami tidak tahu harus kemana karena sudah dari turun temurun ratusan tahun disini. Ini leluhur kami yang buka hutan dulu. Terbukti setiap banjar ada Pura Kawitannya,” tandasnya.

Krama Banjar Adat Suberbaru, Panghyangan kini juga merasakan keresahan yang sama. Salah seorang warga Sumberbaru, I Ketut Wartana (53) mengatakan sudah pernah menyampaikan aspirasi ke Gubernur Bali, I Wayan Koster, “3 bulan lalu tokoh di desa sudah ke Gubernur. Sinyal positif untuk direlokasi dan masyarakat diminta agar tidak resah, Tapi berbeda dengan sikap Manajemen Perumda Bali. Padahal permukiman kami tidak kena jalur tol,” ungkap Kelihan Adat Sumber Baru, Nengah Litra (57) menyatakan pihaknya siap untuk direkolasi asalkan tidak membeli, sekalipun harus membuka hutan seperti para para pendahulunya.

“Di Sumberbaru ada 63 KK. Di sini sama sejarahnya dengan di Pekutatan dan ada Pura Kawitannya. Kami juga sudah lima generasi tinggal di sini, Lebih dari 150 tahun lalu leluhur kami yang didatangkan untuk membuka hutan disini untuk dijadikan tempat tinggal dan perkebunan. Tapi sekarang kami generasi penerus bingung karena kami tidak punya tempat tinggal lain. Mohon kebijakan Pemerintah agar kami diberi atau dicarikan tempat tinggal, walaupun di tanah hutan. Kami berharap bisa diberi hak yang sama seperti di Sumberklampok,” tandasnya.

wartawan
PAM
Category

Hingga Oktober 2025 Bank BPD Bali Catat Kinerja Cemerlang

balitribune.co.id | Denpasar - Bank BPD Bali hingga Bulan Oktober 2025 kembali mencatatkan kinerja cemerlang di seluruh indikator utama, sebuah bukti efektivitas strategi bisnis yang diterapkan dengan pencapaian asset  Rp42,4 triliun, melampaui target yang dipatok sebesar Rp41,10 triliun  atau mencapai 103,13% dan mencatatkan pertumbuhan tahunan (YoY) sebesar 6,60% dibandingkan Oktober 2024 sebesar Rp39,76 triliun.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Tiga Pelaku Perusakan Hutan Ditangkap Polsek Kintamani

balitribune.co.id | Bangli - Jajaran Polsek Kintamani  berhasil mengungkap kasus perusakan hutan di kawasan Banjar Dinas Pengejaran, Desa Pengejaran, Kecamatan Kintamani. Dalam kasus ini petugas  mengamankan tiga pelaku masing-masing berinisial KS (62), NL (54), dan WSW (33), semuanya warga setempat

Baca Selengkapnya icon click

Sudah Tiga Bulan Ditangkap Imigrasi Malaysia, Nasib PMI Asal Bangli Belum Jelas

balitribune.co.id | Bangli - Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) Ni Luh Tina Yanti (37) asal Banjar/Kelurahan Kawan, Bangli diberitakan ditangkap pihak otoritas Malaysia. Pascaditangkap, pihak keluarga tidak bisa menghubungi Ni Luh Tina Yanti sejak tiga bulan terakhir. Diketahui jika Ni Luh Tina Yanti sampai bekerja ke Negeri Jiran ini atas ajakan rekannya berinisial S, yang sudah bertahun-tahun kerja di Malaysia.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Tuntas! Penyerahan Bantuan Hari Raya Galungan di Kabupaten Badung, Giliran Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan Terima Bantuan

balitribune.co.id | Mangupura - Pemkab. Badung telah tuntas menyerahkan secara simbolis bantuan Rp. 2 Juta per Kepala Keluarga (KK) di 6 Kecamatan di Kabupaten Badung untuk yang beragama Hindu menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Baca Selengkapnya icon click

Ramah Tamah Hari Pahlawan Denpasar, Ny. Ayu Kristi Ajak Teladani Semangat Patriotisme

balitribune.co.id | Denpasar - Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Sosial Kota Denpasar menggelar Ramah Tamah Peringatan Hari Pahlawan yanv dipusatkan di Gedung Merdeka, Kantor Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Denpasar, Rabu (12/11). Kegiatan yang dilaksanakan serangkaian Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November ini dihadiri Wakil Ketua KKKS Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa. 

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.