Terjatuh dari Pohon Cengkeh, Fisik dan Perekonomian Made Merta Lumpuh | Bali Tribune
Diposting : 30 April 2019 19:44
Agung Samudra - Bali Tribune
Bali Tribune/ MERTA - Made Merta ditemani salah satu anaknya.
balitribune.co.id | Negara - Perjuangan hidup yang dilakoni Made Merta (50) warga Banjar Bungbungan, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo sangat mengharukan. Musibah dan cobaan hidup bertubi-tubi menimpa duda anak tiga ini. Setelah beberapa tahun menjadi tulang punggung bagi ketiga anaknya sepeninggal istrinya, buruh panjat ini kini kondisinya lumpuh akibat terjatuh dari pohon kelapa pada tahun 2018 lalu.
 
Ia menjadi tulang punggung bagi ketiga anaknya setelah istrinya meninggal karena sakit saat anak ketiganya masih kecil. Di saat ketiga anaknya membutukannya sebagai sosok kepala keluarga juga sebagai pengganti peran istrinya, musibah kembali menimpanya. Lelaki buruh panjat ini terjatuh saat bekerja memetik cengkeh pada 7 Agustus 2018 lalu.  Ia mengaku saat itu tengah memetik cengkeh dan tiba-tiba tidak sadarkan diri diatas pohon hingga terjatuh. Akibat kejadian tersebut ia mengalami patah pada tulang ekor. Padahal saat itu ia baru saja menikmati bantuan bedah rumah dari pemerintah.
 
Kini selain fisiknya yang lumpuh, perekonomian keluarganya pun juga ikut lumpuh. Untuk buang air kecil pun kini ia menggunakan selang. Awalnya Merta bersama tiga anaknya tinggal di rumah bedah tersebut. Namun beberapa bulan lalu anak pertamanya yang merawatnya menikah sehingga tidak ada lagi yang merawatnya di sana. Sedangkan kedua anaknya yang lain masih kecil-kecil. Atas kesepakatan keluarga, ia dipindah kerumah adik kadungnya, Ketut Suwentra. Kini ia dirawat oleh adik dan iparnya, Murniasih Untuk mencapai rumah itu harus melalui jalan rabat beton kecil  dengan medan yang terjal, curam dan licin.
 
Namun kehidupan adik yang kini merawatnya itu juga tidak mampu dan kekurangan sama dengan dirinya. Bahkan rumah yang kini ditempati juga sangat sederhana dengan ruangan hanya berdinding bedeg. Adik juga hanya menggantungkan hidupnya dari penghasilan bekerja sebagai buruh. Sedangkan iparnya sehari-hari hanya membuat jejahitan. "Bersyukur anak-anak saya masih bisa sekolah keduanya. Adik dan ipar saya sangat baik merawat saya. Bahkan sebelumnya saya di rumah bedah tidak bisa bangun namun sejak di rumah adik serta kadang theraphy saya sudah mulai bisa duduk sebentar," kata Merta, Minggu (28/4) siang.
 
Untuk keluar dari rumah dengan medan terjal dan curam itu, ia harus digendong adiknya atau naik motor dengan resiko cukup tinggi karena tanjakannya sangat curam. Ia pun berharap bisa kembali sembuh seperti semula, "Bersyukur saya masih bisa hidup dan makan. Saya sudah merepotkan banyak orang. Semoga saya bisa sembuh dan bisa kembali bekerja " harapnya. 
 
Ia kini belum bisa lepas dari selang saat buang air kecil karena mengalami masalah perutnya setelah musibah tersebut. ia mengaku tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa mendoakan agar keluarga yang merawatnya selalu sehat dan mendapatkan rejeki. Ia juga berharap kedua anak-anaknya yang saat ini masih duduk dibangku SD bisa terus melanjutkan sekolah. “Semoga kedua anak saya yang masih kecil bisa menamatkan sekolahnya," harapnya. 
 
Kepala Kewilayahan Banjar Bungbungan, Desa Yehembang, Ketut Sutama dikonfirmasi membenarkan Made Merta merupakan warganya yang sudah masuk dalam daftar KK miskin pada buku merah. Menurutnya Keluarga Merta juga mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). "Kami sudah rutin uruskan untuk bantuan PKH-nya," tandasnya.