Tradisi Mejagajaga di Besang Kawan | Bali Tribune
Diposting : 19 August 2020 04:49
Ketut Sugiana - Bali Tribune
Bali Tribune/ DIHINDARI - Tradisi Mejaga jaga di Besang Kawan , Klungkung hindari warga dari mara bahaya.
Balitribune.co.id | Semarapura - Bertepatan dengan Tilem Sasih Karo, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menghadiri upacara tradisi mecaru mejaga-jaga di Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa, Kelurahan Semarapura Kaja, Kabupaten Klungkung, Selasa (18/8) Pagi. Prosesi terlihat tetap mengikuti protokol kesehatan. Turut hadir Plt. Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga, Luh Ketut Ari Citrawati serta warga setempat. WIkuti segala bentuk aturan dari pemerintah, hal yang paling penting diperhatikan protokol kesehatan harus terus dijaga dengan baik dengan sebaik-baiknya agar kita semua bisa terhindar dari penyebaran wabah covid-19," harap Bupati Suwirta.
 
Bendesa Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa, I Wayan Sulendra mengatakan tradisi ini digelar tiap tahun dengan tujuan untuk menghidari terjadinya malapetaka bagi warga desa. Kegiatan ini dipusatkan di catus pata desa setempat sekitar pukul 07.00 Wita, sapi pilihan yang sudah dimandikan itu mulai diarak oleh warga yang didominasi anak-anak muda. Sapi yang diikat dengan tujuh tali itu pertama kali diarak ke arah utara sampai di ujung desa sebelah utara. Persisnya di depan Pura Puseh desa setempat. Di sana, digelar proses upacara. Sapi ditebas pada pantat sebelah kanan oleh pemangku catus pata. Sapi tersebut ditebas menggunakan blakas sudamala yang disakralkan, Darahnya pun berceceran. Darah yang berasal dari sapi kurban itu, lalu diperebutkan oleh warga. Ceceran darah sapi itu diyakini sebagai darah kurban untuk menjaga desa setempat. Baik skala maupun niskala. Melihat banyaknya darah yang sudah keluar dari tubuh sapi tersebut, warga setempat pun berebut mengambil darah untuk dioleskan dibagian tubuh mereka. Sebagian malah mengusapkan darah sapi ke wajah mereka.