Diposting : 19 October 2022 21:25
ANA - Bali Tribune
balitribune.co.id | Mangupura - Transaksi sapi di Pasar Hewan Beringkit mulai ada trend peningkatan. Pasca dibuka pada 9 Oktober lalu, pasar milik Perumda Pasar Mangu Giri Sedana Badung ini berhasil mencatat transaksi sebanyak 380 ekor sapi pada Minggu (16/10).
Hanya saja, pihak Perumda Pasar mengakui jumlah transaksi ini masih jauh dari jumlah yang biasa dibukukan kisaran 800 sampai 1000 ekor sapi tiap kali pasaran. Pasar Sapi Beringkit sebelumnya sempat ditutup lantaran masuknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Bali.
I Wayan Astika selaku Direktur Operasional Perumda Pasar Mangu Giri Sedana menyatakan hampir empat kali hari pasaran sudah ada trend peningkatan jual beli sapi di Pasar Sapi Beringkit. Hanya saja untuk menembus angka transaksi sebelum PMK masih sangat jauh.
“Iya, dua minggu dibuka, transaksi perlahan sudah ada kenaikan. Tapi, masih jauh dari angka sebelum PMK,” ujarnya ditemui di Pasar Beringkit, Rabu (19/10).
Sumber sapi yang diperjualbelikan sebagian besar berasal dari daerah Negara, Tabanan dan Buleleng. Astika menduga belum ramainya penjualan sapi lantaran ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar bisa masuk ke Pasar Sapi Beringkit. Meliputi surat keterangan asal sapi, kartu vaksin dan surat keterangan sehat hewan. Tanpa tiga dokumen ini maka sapi tidak bisa masuk Pasar Sapi Beringkit.
“Untuk mencegah penyebaran PMK kita di Pasar Sapi Beringkit memang ketat. Sapi yang masuk harus ada surat keterangan asal, divaksin dan ada surat sehatnya. Kalau tanpa itu kita tolak,” kata Astika.
Pihaknya pun menduga saat ini banyak sapi belum bisa masuk ke Pasar Sapi Beringkit lantaran belum disuntik vaksin.
“Dugaan kami petani sulit jual sapi karena belum divaksin. Mungkin di Badung saja vaksin sudah banyak, tapi kalau di daerah lain vaksinnya belum merata, sehingga petani ada kendala saat mau jual ternaknya,” terangnya.
Terkait hal ini, pihaknya pun berharap pos Kesehatan Hewan (Keswan) yang dibangun Pemerintah Provinsi dan Pemkab Badung di Pasar Hewan Beringkit bisa difungsikan untuk membantu petani yang belum mengantongi sertifikat vaksin dan surat keterangan kesehatan hewan.
“Pos Keswan di pasar sudah ada, tapi belum melayani itu. Harapan kami ke depan itu dimaksimalkan sehingga memudahkan petani. Bagi yang belum vaksin bisa langsung vaksin di sini,” ujarnya.
Selain itu, pria asal Bongkasa, Abiansemal ini juga berharap instansi terkait bisa menertibkan pasar sapi liar yang belakangan mulai marak. Pasalnya, pasar liar yang memperjualbelikan sapi ini selain menjebol transkasi di Pasar Hewan Beringkit juga berimbas pada populasi sapi Bali. Sebab, pasar liar yang dicurigai muncul di sejumlah daerah di Bali turut menjual sapi betina produktif untuk dipotong.
“Kami menduga ada pasar liar di sejumlah kabupaten. Adanya pasar liar ini tentu menurunkan pendapatan kami sampai 50 persen. Selain itu kami khawatir di sana sapi produktif juga dijual untuk dipotong, untuk itu kami berharap supaya ditertibkan,” pungkasnya.