balitribune.co.id | Denpasar - Keterlibatan perempuan dalam politik telah menjadi subjek perdebatan yang mendalam dalam beberapa dekade terakhir. Meskipun kemajuan telah tercapai, kesenjangan gender masih merupakan tantangan yang signifikan di banyak negara di seluruh dunia. Pentingnya mendorong peran perempuan dalam politik tidak hanya tentang kesetaraan gender, tetapi juga tentang keadilan, pluralisme, dan kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
Masih minimnya representasi perempuan di kancah politik, justru menjadi keprihatinan Tutik Kusuma Wardhani, calon anggota DPR RI terpilih periode 2024-2029 dapil Bali. Hal ini diungkapkan Tutik politisi asal Partai Demokrat yang ditemui di Denpasar, Sabtu (20/4) saat memaknai peringatan Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April.
"Perjuangan perempuan saat ini telah bergeser seiring dengan perubahan jaman, tentu dengan semangat Kartini, perempuan Indonesia dituntut untuk bisa berdikari dan berkarya. Perempuan sekarang harus lebih cerdas dan bersatu bagaimana menghargai sesama perempuan," ujarnya.
Apa yang diungkapkan Tutik bukan tanpa sebab, pasalnya pada Pemilu 2024 yang lalu, ia mencermati masih minimnya perempuan yang terpilih, padahal menurutnya peluang perempuan untuk melenggang ke dunia politik peluangnya cukup besar.
"Saya ingin perempuan lebih responsif terhadap keterwakilan dirinya di parlemen. Karena yang tahu permasalahan perempuan adalah perempuan itu sendiri," tandasnya, seraya menambahkan, perempuan harus bisa masuk ke semua ranah pemerintahan seperti halnya beberapa tokoh perempuan nasional yang saat ini ada di pemerintahan pusat ataupun daerah.
Ia memandang kesetaran gender yang selama ini digaungkan sebetulnya belum tercapai, penyebabnya tak lain minimnya keterwakilan perempuan di parlemen dan ini menjadi sangat berat.
"Padahal perempuan itu akan lebih responsif terhadap sesama. Dan apabila terjadi bencana, kemiskinan yang paling pertama merasakan adalah perempuan," ungkapnya.
Jadi di era dikemajuan teknologi ini Tutik yang berharap bisa kembali ke Komisi XI DPR RI, mengajak perempuan Indonesia, Bali khususnya mau bekerja keras, cerdas dan berkualitas.
Lantas Tutik menguraikan, mengatasi tantangan utama dalam mendorong peran perempuan dalam politik seringkali berkaitan dengan stereotip gender, norma sosial yang ada, dan kurangnya akses ke sumber daya politik. Stereotip yang membatasi perempuan dalam peran tradisional domestik sering kali menjadi penghalang bagi aspirasi politik mereka. Di banyak masyarakat, norma sosial masih menempatkan perempuan pada posisi yang kurang dihargai dalam ranah politik, meskipun kapasitas mereka untuk berkontribusi sama dengan pria.
Selain itu, akses terbatas ke sumber daya politik seperti pendidikan, dana, dan jaringan dukungan politik juga menjadi penghalang besar bagi partisipasi perempuan dalam politik. Untuk mengatasi tantangan ini, dibutuhkan upaya bersama dari masyarakat sipil, pemerintah, dan lembaga internasional untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi perempuan yang ingin terlibat dalam politik.