
balitribune.co.id | Mangupura - Duta Kabupaten Badung dalam pementasan Baleganjur, Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-47 tahun 2025, diwakili oleh Komunitas Seni Jong Gembyong. Komunitas ini menbawakan garapan tabuh yang bertemakan Perang Untek, tradisi dari Desa Adat Kiadan, Kecamatan Petang di Panggung Terbuka Arda Candra, Kamis (26/6). Penampilan yang memukau dari para remaja Badung ini bersama Duta Denpasar, Buleleng dan diakhiri parade balaganjur dari Duta Kabupaten Tabanan.
Tradisi Perang Untek merupakan sebuah warisan budaya tak benda yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kiadan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Tradisi ini digelar setiap Purnam Sasih Kepitu sebagai sebuah prosesi spiritual untuk memohon keselamatan bagi masyarakat dan seluruh makhluk hidup, serta sebagai ungkapan rasa syukur kepada alam semesta atas anugerah kesuburan dan kemakmuran. Makna sakral ini sejalan dengan tema besar PKB tahun ini, yaitu Jagat Kerthi Lokahita Samudaya (Harmoni Semesta Raya).
Struktur musikal dalam karya ini dirancang berdasarkan ragam bentuk dan pola hasil olah kreatif yang menyatu dengan elemen koreografi. Keduanya dikemas secara kontekstual, mengacu pada teks dan makna ritual Perang Untek. Keunikan utama dari prosesi ini adalah penggunaan Tumpeng sebanyak 555 dan Untek/Penek sebanyak 777, dengan warna dominan putih dan kuning yang merepresentasikan konsep arah timur dan barat.
Angka-angka simbolik tersebut menjadi inspirasi dasar dalam penggarapan musikal, khususnya dalam pola permainan ceng-ceng, reong, ponggang dan hitungan Gong. Unsur ini tidak hanya memberikan kekuatan ritmis, tetapi juga menjadi elemen atraktif baik secara musikal maupun koreografis untuk memperkuat penyampaian tema dan makna dari karya Balaganjur ini.
Konseptor Baleganjur, I Gusti Ngurah Alit Supariawan mengatakan, pihaknya bersama Komunitas Seni Jong Gembyong merasa snagat tertangtang dalam membawakan cerita Perang Untek dikemas dalam pementasan. Selain sebagai tradisi yang melekat di masyarakat ada pesan yang tersirat dalam pelaksanananya.
“Kami mempersiapkan hampir enam bulan itu banyak yang menjadi cerita daam perjalanan tetapi kami duta baleganjur siap menjadi yang terbaik,” ujar Supariawan.
Ia menyebutkan, pesan dalam penampilan ini adalah tradisi yang memuliakan alam semesta. Sebab di Kiadan tradisi ini adalah sebuah persembahan kepada alam semesta yang telah memebrikan keberlimpahan dalam kehidupan.
“Dalam penampilan balaganjur ini berjumlah 29 perangkat, tukang bandrang 6 orang dan satu papan nama dengan durasi kurang lebih 17 menit,” ungkapnya.
Pembina Baleganjur, Putu Sugiarta menambahkan, dalam penampilan duta Kabupaten Badung menonjolkan komposisi baleganjur dipadukan gerak ysng sangat dinamis menggambarkan tumpeng dan untek. Tema Perang Untek dipilih lantaran sebagai sebuah kearifan budaya. “Perang untek ini sangat unik. Melalui garapan tabuh dari penampilan ini tadisi di Bali harus terus dilestarikan,” imbuhnya.