balitribune.co.id | Negara - Setelah perbaikan ruas jalan Awen-Pengambengan dipastikan tendernya dibatalkan, warga Kelurahan Lelateng dan Desa Pengambengan, Kecamatan Negara kini mengaku kecewa. Terlebih sebelumnya proyek sudah disosialisasikan kendati belum ada kepastian ketersediaan anggaran.
Ruas jalan Awen-Pengambengan menghubungkan dua wilayah di Kecamatan Negara yakni Kelurahan Lelateng dan Desa Pengambengan. Selain menjadi akses ke permukiman warga setempat, ruas jalan ini juga menjadi akses strategis bagi perekomonian masyarakat baik sektor pertanian, perikanan dan industri serta pendidikan, sosial dan keagamaan. Namun hingga kini kondisinya rusak parah sejak bertahun-tahun.
Kini warga di kedua wilayah ini mengaku kecewa. Pasalnya proyek perbaikan terhadap ruas jalan yang kini kondisi kerusakannya dinilai sudah mengkhawatirkan tersebut ternyata dipastikan batal. Warga menyebut akses jalan ini tidak hanya dilalui oleh warga setempat saja, melainkan juga digunakan banyak warga dari wilayah lain. Dengan kondisi yang rusak parah ini, warga menyebut ruas jalan ini berbahaya saat dilalui.
Salah seorang warga Kelurahan Lelateng, I Komang Mahardika (35) mengaku kecewa. Ia merasa khawatir lantaran sudah banyak warga pengguna jalan kecelakaan saat melintas di ruas jalan ini akibat kondisi jalan yang rusak.
"Kami sangat kecewa. Jalan ini sudah sangat membahayakan. Banyak warga terjatuh, termasuk anak sekolah karena ini merupakan jalan utama siswa SMPN 6 Negara," ungkapnya, Selasa (12/11).
Ia menyebut warga juga sudah berupaya beberapa kali gotong royong melakukan perbaikan jalan aspal ini secara swadaya. Bahkan ia menyebut adanya informasi mengenai perbaikan ruas jalan ini sudah disambut gembira oleh masyarakat. Terlebih setelah proyek perbaikan jalan ini disosialisasikan oleh Bupati Jembrana, I Nengah Tamba pada awal Agustus lalu. Warga juga diminta menebang pohon produktif di pinggir jalan.
Bahkan, menurutnya, saat sosialisasi disebut badan jalan akan dilebarkan sehingga untuk memberi ruang pelebaran ratusan pohon kelapa milik banjar adat setempat sudah ditebang dan tugu batas wilayah dibongkar. "Sempat ada kabar baik, jalan akan diperbaiki dan dilebarkan. Belasan pohon kelapa produktif dan candi batas yang berdiri kokoh dirubuhkan. Tapi nyatanya, sampai sekarang tidak ada realisasinya," ujarnya.
Begitu pula yang diungkapkan I Ketut Suparna. Ia menyebut awalnya warga sudah sangat antusias ketika mendengar kabar akan adanya perbaikan jalan, namun menurutnya warga kini merasa kecewa. "Kami sudah berharap banyak. Apalagi, sosialisasi perbaikan jalan sudah dilakukan pada 5 Agustus 2024 lalu. Tapi ternyata, harapan kami hingga detik ini tidak ada kejelasan. Apakah batal atau dilanjutkan," paparnya.
Dengan kondisi jalan yang saat ini juga disebutnya sudah semakin mengkhawatirkan serta sangat menghambat kelancaran lalu lintas dan mobilitas masyarakat, menurutnya warga kini meminta kepastian mengenai perbaikan jalan tersebut. Menurutnya ruas jalan ini menjadi akses strategis bagi masyarakat. "Kami meminta kejelasan kapan jalan ini akan diperbaiki. Jalan ini sangat penting bagi kami," tegasnya diamini warga lainnya.