BALI TRIBUNE - Tradisi menanam kebutungan pangan keluarga “Dapur Hidup” sangat dikampanyekan pada zaman orda Baru. Dapur Hidup maksudnya adalah menanam tumbuh-tumbuhan yang berguna untuk keperluan sehari-hari di dapur, di halaman rumah sendiri. Karena tinggal memetik di halaman, dantidak perlu membeli lagi bila dibutuhkan. Namun, kini tradisi memetik dipasar dinilai lebih instan. Namun harganya melambung, pemerinrah pun kena getahnya.
Kini, pemerintah juga memiliki program sejenis dapur hidup yang disebutkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Targetnya tidak hanya untuk mememenuhi kebutuhan rumah tangga, namun juga untuk memasok kebutuhana pasar. Namun apa daya, pola pikir dan tradisi keluarga sudah bergeser. “Keberhasilan pelaksanaan program ini bergantung kepada ibu rumah tangga dan anggota keluarganya. Menanam 2-5 pohon cabai saja di rumah ditambah dengan kebutuhan bumbu lain, maka akan mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga “Terang Kepala DKPKP, I Gusti Ayu Dewi Hariani, Minggu (10/6).
Hanya saja, terang Haryani ibu-ibu PKK yang diberikan pembinaan masih statis, belum mau mengembangkan untuk rumah tangga, apalagi sampai kepada menjual hasil produksinya. “Biasanya, ibu-ibu ini baru sadar setelah harga cabai dan bawang merah naik drastis yang semestinya bias ditanggulangi di rumah tangga sendiri,” bebernya.
Lanjutnya, untuk Tahun 2017 lalu, DKPKP telah meluncurkan program ini di beberapa desa dengan luas pelaksanaan program mencapai 37 hektar. Namun diakuinya, masih statis. Karena itu pihak terus menggenjot agar mendapatkan nilai ekonomis dari pelaksanaan program ini. “Tahun 2018 ini kami juga meluncurkan program serupa di Desa Taro, Bresela, Lodtunduh, Malet, Siangan dan Kedisan. Sedangkan tanaman yang diberikan pelatihan untuk dibudidayakan adalah Cabai, Terong dan Sayur. Eveluasi sementara berhasil di Desa Taro dan Kedisan, “ bangganya.