Diposting : 9 August 2018 15:42
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Setelah melewati masa sekitar 28 tahun lamanya, Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang terletak di Desa Ungasan, Kuta Selatan, Kabupaten Badung telah , akhirnya rampung dikerjakan. Sebagaimana tradisi masyarakat Hindu di Bali, sebelum diresmikan dan digunakan secara langsung maka haruslah terlebih dahulu dibersihkan, disucikan melalui sebuah ritual yang disebut Pemelaspas.
Prosesi pemelaspas lan pemahayu wewidangan GWK didasari dengan menggelar ritual pecaruan Rsi Ghana, Panca Rupa, Penyakap Karang dan Ngedeng Tanah Ngurug Palemahan. Prosesi ritual dimaksud digelar pada, Rabu (8/8) kemarin.
Hadir serangkaian prosesi dimaksud, Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, serta sejumlah undangan lainnya.
Dalam keterangannya kemarin, Gubernur Pastika mengungkapkan bahwa dengan rampungnya patung GWK, diharapkan bisa menjadi ikon baru bagi pariwisata di Bali.
Selain itu, adanya patung ini juga dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat Bali serta masyarakat Indonesia dalam memajukan iklim pariwisata Bali khususnya.
Untuk itu, Pastika berharap agar patung ini dapat dijaga dengan baik oleh semua pihak, sehingga tetap berdiri kokoh dan dapat dinikmati oleh setiap orang yang ada di Bali.
Terkait dengan kekhawatiran akan kekokohan patung itu pada guncangan gempa seperti yang terjadi beberapa hari lalu Gubernur Pastika menegaskan, safety yang telah dirancang dan dibangun pada patung GWK telah memenuhi standar keamanan internasional dan juga sudah memenuhi standar bangunan tahan gempa.
“Masyarakat tidak perlu khawatir karena keamanan patung ini sudah memenuhi standar tahan gempa, jadi akan tetap berdiri kokoh. Untuk itu saya minta masyarakat untuk ikut menjaga dan melestarikan karya seni masyarakat kita ini”, pungkasnya.
Dalam acara yang juga dihadiri oleh Presiden Komisaris PT Garuda Adhimatra Indonesia, Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma, dilaksanakan prosesi upacara pemelaspas yang dipuput oleh Ida Pedanda Gede Mas Pratama dari Griya Tegeh Abiansemal, Ida Pedanda Gede Ngurah Putra Keninten dari Griya Kediri Sangeh dan Ida Pedanda Gede Jelantik Giri dari Griya Peliatan Ubud.