Diposting : 17 July 2019 14:30
Ketut Sugiana - Bali Tribune
balitribune.co.id | Semarapura - Sungguh nestapa yang dialami Nyoman Diarsa (54), seorang warga Banjar Sukahati, Dusun Belatung, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten KLungkung. Lantaran tumor yang menutupi wajahnya, menyebabkan ia tidak bisa beraktivitas. Ia hanya bisa duduk tercenung di rumahnya karena derita tumor yang menyerang wajahnya.
Menurut Bidan Puskemas Dawan, I Putu Ratna Timor yang ikut menemui Diarsa, Selasa (16/7) menjelaskan, dari hasil diagnosis dokter disebutkan tumor yang dialami Diarsa tidak ganas. Nama penyakitnya dermato fibro saroum alias tumor wajah.
“Hanya tumor sedang saja. Adapun ukuran tumor yang menyerang wajahnya panjangnya 8 centimeter dengan diameter 5 centimeter,” ujarnya.
Disebutkan Putu Ratna, awalnya tumor pada wajah Diarsa hanya menyerang di bagian pipi sekitar tahun 2015 silam. Saat itu tumornya sudah sebesar telor bebek, dan hanya dirawat di rumah karena tidak mengalami keluhan.
“Karena semakin membesar kemudian Diarsa dibawa ke RSU Klungkung. Karena kasusnya agak beda Diarsa langsung dirujuk ke RS Sanglah dan sempat diopersi tahun 2017 silam. Usai oparasi selama tiga bulan penyakit tumor Diarsa dinyatakan sembuh,” terang Ratna.
Namun nahas, tumor itu muncul lagi pada tahun 2018. Awalnya tidak dikonsultasikan, akhirnya tumor itu semakin besar. Oleh Petugas medis Puskesmas Dawan I, Nyoman Diarsa dirujuk ke RSU Klungkung kembali, kemudian langsung dirujuk kembali ke RSU Sanglah sekitar dua minggu lalu.
Menurut Putu Ratna, sekitar empat minggu lagi Nyoman Diarsa dijadwalkan melakukan operasi, karena tumornya saat ini panjangnya 8 centimeter dengan diamter 4 sampai lima centimeter,walaupun bukan tumor ganas.
Sementara Nyoman Diarsa mengatakan, tumor itu awalnya muncul seperti jerawat warna merah. “Rasanya sakit terus membesar sampai sekarang,” tambahnya.
Ia sempat berobat tradisional Bali dua kali. Hanya diberi minyak tapi malah tidak mau sembuh dan semakin membesar. Sebulan yang lalu dia sempat dibawa ke RS Sanglah karena mengeluarkan darah. “Di sana hanya dirawat, tidak dikasi obat. Hanya dibersihkan saja,” sebutnya.
Dia merasa terganggu setiap harinya karena daging yang tumbuh sudah sampai menutupi mata kirinya. Malah sering mangalami kesemutan, setiap malam tumornya terasa sakit sekali.
Kini Diarsa tidak bekerja lagi karena dulu sebelum sakit dia sering menyadap nira untuk bahan baku gula Bali dan tuak. Selama ini kehidupannya mengandalkan bantuan anaknya.
“Saya punya tiga anak. Yang pertama Wayan Sudana sudah bekerja di Badung berjualan soto. Sedangkan anak kedua meninggal dunia sementara anak ketiga Nyoman Sudiana saat ini bekerja sebagai karyawan dagang sate di Pesinggahan,anak yang keempat meninggal dunia. Sementara anak kelima Wayan Adiarta baru masuk SMA,” katanya sendu.
Menurut Istrinya Ni Wayan Sueca (52), saat ini keluarganya tidak bisa bekerja. “Dulu membuat gula merah sekarang tidak lagi karena tidak ada yang nyariin nira. Kadang kadang menjual pandan kering dan ngaritang (menyabit rumput,red),” ujarnya lirih dan menambahkan sampai saat ini tidak pernah mendapat bantuan karena tidak masuk kategori warga miskin. (u)