Pemedek Tak Boleh Kenakan Baju | Bali Tribune
Diposting : 18 August 2016 10:08
redaksi - Bali Tribune
desa
Ribuan warga Desa Bungaya saat melasti ke Segara Kidul, Rabu kemarin, di mana bagi laki-laki pantangan mengenakan baju.

Amlapura, Bali Tribune

Ribuan warga Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Rabu (17/8) menyemut turun ngiring Ida Betara dalam upacara melasti ke Segara Kidul. Untuk sampai di tempat pemelastian yang berlokasi di Pantai Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem, pemedek harus berjalan hingga belasan kilometer. Kegiatan melasti ini merupakan prosesi awal dari upacara unik Usaba Dangsil di Desa Adat Bungaya yang terakhir kali dilaksanakan sekitar 14 tahun silam.

 Sedikitnya ada sebanyak 19 Jempana beserta puluhan kotak yang berisi pralingga Ida Betaara dipundut oleh ribuan warga, bahkan iring-iringan pemedek dalam upacara Melasti ini mengular hingga mencapai dua kilometer. Urutan paling depan iringan yakni jempana Ida Betara Bagus Selonding yang dipundut oleh para truna.

Ada hal yang menjadi pantangan dalam upacara melasti ini yakni saat Ida Betara lewat, siapapun tidak diperkenankan memotong jalan maupun berdiri di pinggir jalan. Dan pantangan ini sudah disosialisasikan kepada desa adat-desa adat yang dilewati saat upacara melasti. Saking pingitnya, mobil panitia yang membawa tirta pengelisan memilih menjauh di depan berjarak 1 kilometer dari jempana yang dipundut. Dan yang menjadi keunikan dalam ritual melasti ini yakni para pemedek terutama yang laki-laki tidak diperkenankan memakai baju. Sedangkan udeng serta saput yang dipakai juga tidak boleh hanya satu warna.

 Ketua Panitia Usaba Dangsil, Ida Wayan Jungutan kepada wartawan menjelaskan, selain diikuti oleh krama Desa Adat Bungaya, upacara melasti ke Segara Kidul ini juga diikuti oleh krama dari Desa Adat Jungsri. “Yang berada paling depan jempana Ida Betara Bagus Selonding, Ida Bathara Bagus Lingsir serta Ida Bathara Kabeh ikut serta disucikan di Pantai Kidul,” ujarnya.

 Menurutnya, usai upacara melasti ini digelar, akan dilanjutkan dengan tradisi ritual pawintenan daha dan trunayang berjumlah 600 orang. Barulah kemudian puncak upacara Usaba Dangsil digelar dan rencananya berlangsung pada Senin 29 Agustus mendatang, dimana nantinya pihak desa adat akan membuat tujuh buah Dangsil dengan tinggi berbeda-beda.

“Dangsil paling tinggi yakni Dangsil Dalem memiliki berat hampir enam ton dengan tinggi mencapai 18.65 meter. Ini nantinya akan dinaiki oleh keturunan Raja Klungkung dan sebagai pengangkat Dangsil ini adalah Desa Adat Timbrah,” paparnya.

 Saat puncak acara nanti larangannya hampir sama dengan saat melasti, yakni seluruh warga Desa Adat Bungaya tidak diperkenankan memakai baju baik laki-laki maupun perempuan. “Kalau saat melasti hanya laki-lakinya saja tidak memakai baju, tetapi saat puncak acara seluruh warga, itu merupakan kepercayaan yang kami terima turun temurun,” pungkasnya.