Diposting : 31 August 2021 01:49
VTR - Bali Tribune
balitribune.co.id | BERAGAMNYA pilihan vaksin Covid-19 di Indonesia membuat masyarakat kerap dihadapkan pada pertanyaan mana jenis vaksin yang paling baik. Menanggapi hal ini, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi M.Epid, memastikan semua jenis vaksin yang ada di Indonesia sama baiknya.
Ia memaparkan saat ini di Indonesia beredar lima jenis vaksin yaitu Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer. "Semua sudah dapat izin WHO melalui prosedur emergency use listing (EUL)," katanya. Jadi, vaksin yang tersedia di Indonesia aman digunakan. Bedanya, kata dia, dari cara pembuatan masing-masing produsen vaksin.
Sementara, untuk manfaatnya, semua vaksin yang telah mendapat izin WHO berarti telah teruji efikasinya. Siti menambahkan, dengan kondisi yang ada saat ini, masyarakat tidak perlu memilih-milih dalam menerima vaksin. Hal terpenting yang perlu jadi kesadaran bersama yakni untuk meningkatkan perlindungan diri sendiri dan orang sekitar.
Pernyataan itu diungkapkan dr Siti Nadia dalam diskusi BBC Media Action, Satgas Covid-19, Fellowship Jurnalis Perubahan Perilaku (FJPP), dan Dewan Pers yang bertajuk "Peran Pers Dalam Perubahan Perilaku Masyarakat di Era Vaksinasi Covid-19". Diskusi digelar serangkaian refleksi dua tahun Indonesia berjuang melawan Covid-19.
Selain dr Siti Nadia Tarmizi, turut ambil bagian sebagai pembicara dalam diskusi melalui Zoom Meeting, Senin (30/8) siang, Prof drh Wiku Adisasmito, MSc. Ph.D (Jubir Penanganan Covid-19), dan Dhimam Abror (Jurnalis Senior). Selain soal vaksinasi, diskusi ini membahas soal bagaimana peran media dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Peran Media
Dhimam Abror dalam diskusi ini menyampaikan, peran media dalam penanganan pandemi adalah sebagai early warning system (sistem peringatan dini) bagi publik sekaligus bagi pemangku kebijakan (pemerintah). Ia menekankan, media dituntut menyajikan berita yang aktual, faktual, dan kredibel untuk memenuhi rasa ingin tahu publik.
Dalam menjalankan fungsinya, kata dia, ada berbagai kendala yang dihadapi media. Salah satunya adalah munculnya news-phobia. Berita dianggap sebagai sumber masalah yang membuat publik semakin panik. Karena itu, kata dia, program FJPP ini sangat penting untuk meng-upgrade SDM media dalam menghadapi tantangan tersebut.
Prof Wiku dalam pemaparannya menyatakan, media atau jurnalis adalam bagian dari pentahelix yang berperan dalam penanganan pandemi Covid-19 selain pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat. Menurutnya, media dapat berperan sebagai pihak yang menggemakan kebijakan pemerintah agar bisa dijangkau oleh khalayak lebih luas.
Namun, dia mengingatkan, media harus bisa menenangkan di tengah kegentingan dengan mengambil angle berita yang menenangkan sekaligus mampu menggiring partisipasi masyarkat untuk mau bekerja sama dalam mengikuti anjuran pemerintah. Seperti ajakan untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes) dan mengikuti vaksinasi.