Bangli, Bali Tribune
Anggota DPRD Bangli sangat menyayangkan terjadinya persaingan tidak sehat antar pemilik usaha somil (potong kayu) khususnya yang ada di Desa Peninjauan, Tembuku Bangli. Akibat dari persaingan yang tidak sehat ini mengakibatkan banyak pengusaha khususnya yang tidak didukung modal yang kuat kelimpungan. “Bukan hanya restouran di Kintamani saja yang perang tarif, pengusaha somil pun ikut bersaing harga ” ujar politisi dari Desa Peinjoan ini.
Dia mengatakan, munculnya persaingan diduga karena banyak berdiri usaha somil di desanya. Bayangkan, kata dewan dari Fraksi Golkar ini, untuk wilayah Desa Peninjoan saja berdiri sebanyak 45 usaha somil. “Persaingannya cukup ketat, mereka berlomba-lomba banting harga,” sebut Reken.
Persaingan dapat dilihat dari awal, yakni saat membeli bahan baku (kayu) dari pemilik kayu, para pemilik somil berlomba- lomba menawar kayu dengan harga tinggi, sementara di salah satu sisi harga kayu yang telah diolah menjadi balok atau usuk harganya stagnan. “Mereka yang modalnya pas-pasan akan menjadi penonton, sementara mereka yang bermodal belum tentu meraih keuntungan yang besar, bisa-bisa mereka justru rugi,” ungkap Reken.
Terkait realita itu, pihaknya sejatinya berkeinginan para pengusaha somil untuk duduk bersama dalam rangkan mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat. “Kalau ini dibiarkan persaingan akan semakin menjadi-jadi dan akan banyak pengusaha akan gulung tikar,” kata Reken.