balitribune.co.id | Negara - Tingginya kasus rabies di Jembrana kini menjadi perhatian serius. Berbagai upaya dilakukan untuk penanggulangan maupun pencegahan penyebaran rabies di lima kecamatan yang ada di Jembrana. Bahkan untuk menekan kasus rabies di kabupaten ujung Barat Pulau Dewata ini, melibatkan pihak asing.
Rabies kini menjadi zoonosis yang kian mengkhawatirkan, termasuk juga di Jembrana. Bahkan Terbukti kasus gigitan anjing positif rabies masih terus terjadi. Bahkan mengalami lonjakan. Penyeberan rabies kini semakin meresahkan masyarakat. Hingga kini kasus gigitan anjing positif rabies di Jembrana mengalami peningkatan drastis. Dari lima kecamatan saat ini sudah tidak ada zona hijau dan seluruhnya zona merah. Kasus gigitan anjing positif rabies di Jembrana ini menempati rangking satu di Bali.
Berbagai upaya dilakukan, baik penanggulangan berupa respon kasus gigitan hingga pencegahan hingga vaksinasi maupun kontrol populasi. Bahkan teranyar peanggulangan rabies di Jembrana melibatkan lembaga asing. Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) yang merupakan kemitraan Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia untuk menguatkan sistem ketahanan kesehatan digandeng dalam mempercepat penanganan rabies. Penanganan akan menggunakan pola teritegrasi.
"Jadi kami menggunakan pendekatan integrasi antara kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan khususnya satwa liar. Ini menyangkut banyaknya penyakit zoonosis, penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia yang bisa menyebabkan pandemic,” ujar Deputi Team Leader AIHSP, Isradi Alireja. Pihaknya mengaku sebelumnya telah melakukan sejumlah peninjauan serta penilaian dengan berbagai indicator sehingga memilih Kabupaten Jembrana sebagai mitra program AIHSP.
“Ada beberapa pertimbangan, kami kemitraan yang didampingi oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian, jadi beberapa indikatornya menggunakan indikator pembangunan manusia dan analisis epidemiologis atas penyakit-penyakit yang mungkin muncul, seperti sekarang di Jembrana sedang menghadapi rabies," jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Jembrana mengakui adanya kerjasama dengan lembaga asing dalam upaya menekan kasus rabies di Jembrana yang meningkat drastis.
Bahkan Bupati Jembrana, I Nengah Tamba mengaku sebelumnya telah bertemu dengan jajaran AIHSP di Badung, Selasa (22/6) lalu. Pihaknya optimis kerjasama ini akan mempercepat penanganan terhadap rabies di Jembrana.
"Kami mengapresiasi Tim AIHSP yang bisa membantu kami. Yang efektif ingin saya lakukan adalah gerakan sosialisasi. Ada kecenderungan masyarakat menganggap aman-aman saja ketika digigit anjing dan mengganggap anjing tersebut tidak mengidap rabies atau penyakit lainnya," ujarnya.
Bupati Tamba menambahkan, sosialisasi terhadap bahaya rabies harus dilaksanakan dari tingkat terbawah dan menurutnya diperlukan sosialisasi melalui media sosial.
"Gerakan sosialisasi ini saya akan mengundang juru arah dari tingkat yang paling terbawah, kelian Adat dan Kelian Dinas serta Kepala Desa dan Bendesa Adat termasuk para Camat. Ada konten video ciri-ciri dan bahaya dari hewan yang terjangkit rabies yang akan kita launching di media sosial agar bisa dikenali oleh masyarakat," imbuhnya.
Terlebih menurutnya rabies tidak secara langsung menampakkan gejalanya. "Ini klasifikasi penyakit yang sifatnya saat langsung digigit tidak seketika itu meninggal, walaupun ada masa inkubasi bisa satu sampai tiga bulan. Ini hal-hal yang perlu kita cermati. Khusus untuk penyakit-penyakit yang seperti ini (rabies) harus terus dimonitor, menjadi cacatan khsusnya untuk terus dikunjungi dan dipantau, ini terobosan-terobosan yang kita lakukan untuk Kabupaten Jembrana," tandas politisi asal Kaliakah ini, Rabu (22/6).