Diapresiasi, Perjuangan Gubernur Wujudkan Pelabuhan Segitiga Emas | Bali Tribune
Bali Tribune, Senin 02 Desember 2024
Diposting : 14 November 2022 01:07
YUE - Bali Tribune
Bali Tribune/ Ida Bagus Arta Suartika; Nyoman Popo Danes; Anak Agung Gde Anom; Made Satria; I Dewa Ketut Anom Astika.
balitribune.co.id | Denpasar - Pelabuhan Segitiga Emas (Sanur di Denpasar, Sampalan di Nusa Penida, dan Bias Munjul di Nusa Ceningan Klungkung) diapresiasi berbagai pihak.
 
Terwujudnya pelabuhan ini dinilai sebagai fasilitas lompatan peradaban infrastruktur era baru. Dengan terwujudnya ketiga pelabuhan tersebut, salah satunya Pelabuhan Sanur di era kepemimpinan Wayan Koster (Gubernur Bali) dinilai sangat bagus.
 
Salah satu warga yang juga merupakan musisi, Ida Bagus Arta Suartika meyakini pelabuhan ini akan mampu memberikan memberikan rasa aman, nyaman kepada masyarakat dan wisatawan yang akan berlabuh dari Sanur menuju Nusa Penida.
 
"Saya sebagai musisi, dulu membawa alat musik harus menunggu ombak reda terlebih dahulu agar bisa menuju kapal boat. Namun sekarang dengan dibanggunnya Pelabuhan Sanur, tidak ada lagi cerita masyarakat, wisatawan, termasuk seniman yang ingin nyebrang dari Sanur menuju Nusa Penida harus buka sepatu, sandal, sampai basah-basahan,” ujar pria asal Sanur yang akrab dipanggil Gus Rajes, Minggu (13/11).
 
Sementara itu arsitek terkemuka asal Bali, Nyoman Popo Danes menyebut pembangunan Pelabuhan Sanur tidak saja dibuat untuk fungsional, akan tetapi pembangunannya menghadirkan karakter alam serta budaya Bali yang mampu menjadi ikon untuk menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal di Sanur.
 
Ikon dalam Pelabuhan Sanur ialah Jukung Mecadik dengan bermotifkan Gajah Mina. Dulu Jukung Mecadik di bagian kepalanya dibuat kepala gajah dan di bagian ekornya dibuat ekor ikan. "Jadi prinsip inilah yang kami transformasikan ke dalam bentuk arsitektur dengan mengimplementasikan elemen Jukung Mecadik ke dalam bangunan Terminal Pelabuhan Sanur," katanya.
 
Secara filosofi, Nyoman Popo Danes menyatakan Gajah Mina pada Jukung Mecadik bisa dilihat dari Gajah yang bermakna mewakili daratan, karena tinggalnya di hutan. Sehingga gajah bisa dibilang mewakili simbol maskulin, dan ikan yang tinggalnya di laut mewakili simbol feminim. Ini juga seperti konsep Lingga dan Yoni, karena ada tuntutan untuk selalu menumbuhkan keseimbangan di dalam pembangunan.
 
Pelabuhan Sanur kata dia telah menjadi ikon daya tarik wisata baru Kota Denpasar, selain menampilkan bangunan Jukung Mecadik, ada juga ornamen flora dan fauna laut di bagian bangunan. Seniman Sanur juga ikut terlibat menyumbangkan karya seni lukisan dinding/mural yang bertemakan bahari. Hal ini yang membuat masyarakat mempublikasikan Pelabuhan Sanur sampai ke media visual.
 
Selanjutnya dengan terwujudnya Pelabuhan Sampalan di Nusa Penida dan Bias Munjul di Nusa Ceningan kata Ketua DPRD Klungkung, Anak Agung Gde Anom harus sangat disyukuri. "Pelabuhan ini terwujud melalui proses yang tidak mudah, sehingga Klungkung bersyukur memiliki Gubernur Bali, Wayan Koster yang sangat bekerja keras berjuang ke pemerintah pusat, hingga akhirnya 2 pelabuhan terbangun sekaligus di Klungkung untuk melayani masyarakat dan wisatawan ke Pulau Nusa Penida. Masyarakat sangat senang, bahagia terbangunnya 2 pelabuhan monumental ini, karena memberi rasa aman dan nyaman," ujar Anak Agung Gde Anom seraya menghaturkan terima kasih kepada Gubernur Koster.
 
Guna menjaga kualitas pelayanan publik di Pelabuhan Sampalan dan Pelabuhan Bias Munjul, Ketua DPRD Klungkung yang memiliki tugas di bidang pengawasan ini lebih lanjut mengajak Pemerintah Kabupaten Klungkung pada khususnya, untuk turut berpartisipasi menciptakan pengelolaan kedua pelabuhan tersebut secara profesional.
 
"Pelabuhan Sampalan dan Bias Munjul pintu gerbangnya Nusa Penida. Kedua pelabuhan ini harus dirawat dengan profesional dan penuh tanggungjawab, termasuk kebersihannya," tegasnya.
 
Tokoh masyarakat sekaligus Anggota DPRD Klungkung Dapil Nusa Penida, Made Satria menyatakan, sebagai masyarakat Nusa Penida sangat berterimakasih dan mengapresiasi setinggi-tingginya atas perjuangan, kerja nyata Gubernur Bali, Wayan Koster, karena telah mewujudkan hayalan, impian di Nusa Penida.
 
“Dulu kami harus mengangkat celana, melepas sepatu atau sandal, dan basah-basahan menuju kapal boat, tapi kini hal itu tidak terjadi lagi, karena kami telah memiliki pelabuhan yang representatif, aman, nyaman, tenang, dan indah berkat kepemimpinan bapak Wayan Koster yang visioner,” jelas Made Satria.
 
Rasa syukur juga disampaikan Bendesa Adat Dalem Setra Batununggul, I Dewa Ketut Anom Astika, karena Gubernur Bali, Wayan Koster telah memberikan perhatian besar kepada Nusa Penida. Dulu di Sampalan terdapat pelabuhan tradisional yang menjadi akses penyebrangan, kini sudah disulap menjadi Pelabuhan Sampalan yang memberikan dampak positif, tidak saja untuk Desa Adat Dalem Setra Batununggul juga secara umum memberi dampak terhadap Nusa Penida.
 
“Berkat dukungan Murdaning Jagat Bali, bapak Wayan Koster, kini masyarakat dan wisatawan sangat merasakan keamanan dan kenyamanan berlabuh melalui Pelabuhan Sampalan,” ujar Dewa Ketut Anom Astika.
 
"Pelabuhan Sampalan juga memberi dampak terhadap penguatan adat istiadat dan budaya di Desa Adat Dalem Setra Batununggul, setelah kami diberikan kepercayaan untuk mengelola parkir di kawasan pelabuhan melalui Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA)," tutupnya.
 
Gubernur Wayan Koster mengharapkan pengelolaan pelabuhan ini dilakukan secara profesional, agar memberi manfaat bagi kemudahan layanan masyarakat, memberi kontribusi perekonomian bagi masyarakat setempat, dan berdampak untuk meningkatkan pendapatan Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Kabupaten Klungkung. Koster juga menghaturkan terima kasih kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi atas komitmen kuat untuk membangun infrastruktur dan sarana-prasarana strategis berupa tiga pelabuhan.