balitribune.co.id | Denpasar - Umat Hindu di Bali dan Indonesia merayakan Hari Suci Galungan pada Rabu (4/1). Hari Suci Galungan selama ini dimaknai sebagai hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan/nafsu).
Namun, dalam sudut pandang I Dewa Gede Agung Widiarsana, sebagaimana dikutip dari Antara, makna hari Galungan lebih daripada itu.
"Saat ini bukan lagi soal menang melawan musuh, lawan, atau penjajah. Tetapi umat manusia juga harus menang melawan diri sendiri. Bagaimana mengendalikan diri supaya bisa melawan hawa nafsu, itu yang disebut kemenangan," ujar Agung Widiarsana.
Agung menambahkan, inti dari Galungan adalah agar manusia bisa mengendalikan nafsunya, terutama nafsu buruk yang nantinya dapat mengganggu ketenteraman hidup.
Menurut kepercayaan umat Hindu, kata Agung, hawa nafsu manusia terbagi menjadi tiga kala, yaitu Kala Amangkurat (nafsu ingin berkuasa), Kala Dungulan (nafsu ingin merebut milik orang lain) dan Kala Galungan (nafsu ingin selalu menang dengan melakukan segala cara).
Di hari Galungan, Agung Widiarsana mengajak umat Hindu untuk selalu bersyukur atas kesehatan dan keselamatan yang diperoleh dari Ida Sanghyang Widhi Wasa.
"Kita harus mensyukuri nikmat sehat, karena sampai saat ini masih bisa merayakan hari Galungan bersama keluarga," ujar Ketua Dewan Penasehat DPD Partai Gerindra Provinsi Bali ini.
Galungan, ucap Agung, juga memiliki makna ucapan syukur umat Hindu atas semua berkat yang sudah diterima dari Yang Maha Kuasa dengan terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya.
Pria asal Desa Kendran, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar ini juga berpesan agar umat Hindu selalu menjaga solidaritas dan sinergisitas antarumat beragama, lembaga maupun pemerintah.
"Umat Hindu agar selalu menjaga kerukunan antar maupun inter umat beragama. Karena hal tersebut juga merupakan kemenangan yang sesungguhnya," ujar pengusaha yang sukses di Jakarta ini.