balitribune.co.id | Denpasar - Kondisi perbankan di Bali mulai bangkit pasca pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari meningkatnya kinerja perbankan di Bali pada tahun 2023.
"Rapor perbankan Bali 2023, kita sudah bergerak. Kurva bergerak ke atas. Kalau Covid terseok, maka mulai pertengahan tahun 2022, kurva sudah ke atas, mulai tumbuh, meskipun belum seperti semula," kata Stevanus Manek selaku Area Manager Bank Commonwealth Bali yang juga Ketua Perbanas Bali, Sabtu (16/12).
Menurut Stevanus, optimisme perbankan di Bali untuk tahun 2024 cukup tinggi. Hal ini tak lepas membaiknya kondisi ekonomi nasional dan global, membaiknya sektor pariwisata di Bali, hingga peningkatan literasi dan inklusi keuangan.
"Kami harapkan tahun 2024 akan lebih baik lagi. Berharap setelah Pemilu serentak, dana beredar tumbuh, karena dana beredar nantinya tetap akan masuk ke bank," kata Stevanus.
Stevanus juga berharap masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam berinvestasi. Ia mengimbau masyarakat untuk tidak mudah tertipu investasi bodong.
"Kami harapkan ke depan masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam berinvestasi supaya tidak tertipu investasi bodong. Percayakan kepada bank-bank. Karena bank sudah diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Stevanus.
Bank Commonwealth adalah salah satu bank asing di Bali. Pemilik saham dominan 99 persen dimiliki Commonwealt Bank of Australia. Saat ini beroperasi di 18 kota besar Indonesia.
Di Bali, Bank Commonwealth tumbuh dengan baik. Bank ini masih mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19.
"Di Bali baik-baik saja, tumbuh seperti apa adanya, masih positive trends, kita masih survive, dan berusaha penetrasi pasar semakin besar, termasuk menggenjot digital banking," kata Stevanus.
Stevanus mengatakan bahwa digital banking menjadi salah satu strategi Bank Commonwealth untuk meningkatkan penetrasi pasar di Bali. Bank ini terus berinovasi dalam mengembangkan produk dan layanan digital banking.