BALI TRIBUNE - Badung selama ini disebut-sebut pencetak uangnya Bali, selain dari pariwisata juga memiliki jumlah usaha mikro kecil (UMK) dan usaha menengah besar (UMB) terbanyak dibanding kabupaten/kota lain di Pulau Dewata. Usaha-usaha berskala besar yang ada di gumi keris juga mampu menyedot tenaga kerja tergemuk.
Ada tiga sektor usaha paling banyak terdapat di Kabupaten Badung. Yakni perdagangan 11.353 usaha, akomodasi 30.302 usaha dan industri 19.746 usaha. Di tiga sektor ini saja mampu menyerap ratusan ribu tenaga kerja. Meliputi 120.595 tenaga kerja untuk penyedia akomodasi dan penyedia makan minum, 74.114 tenaga kerja untuk perdagangan dan 34.562 tenaga kerja untuk industri. Selain tiga sektor usaha terbesar tersebut, Badung juga memiliki belasan usaha lain yang tak kalah berpengaruhnya.
Kondisi ini saling salip dengan Kota Denpasar. Denpasar sebagai ibu kota provinsi, meski memiliki jumlah usaha lebih banyak dari Badung, namun jenis usaha-usaha "super sahid" lebih banyak ada di Badung.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Badung, Dewa Made Suambara menyatakan, jumlah usaha di Bali pada Tahun 2016 berjumlah 482.484. Nah, dari jumlah itu didominasi oleh Kota Denpasar dan Badung yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 20,21 persen dan 16,27 persen.
"Kalau jumlah usaha dari hasil sensus tahun 2016, Kota Denpasar dan Badung mendominasi. Kota Denpasar punya 97,53 ribu usaha dan Badung 78,50 ribu usaha. Sementara daerah lain sedikit-sedikit, paling sedikit itu Bangli, dia cuma punya 26,45 ribu usaha," ujar Dewa Suambara, Kamis (3/8).
Dari jumlah itu, kata dia, banyak usaha mikro kecil (UMK) dan usaha menengah besar (UMB) juga tetap didominasi oleh dua daerah itu saja. Namun untuk UMK Denpasar lebih banyak dengan 93,01 ribu (19,85%), sedangkan Badung 73,03 ribu usaha (15,58%). Sementara UMB Badung yang lebih gemuk. Gumi keris memiliki 5.473 usaha (39,58%) sedangkan Denpasar hanya mempunyai 4.517 usaha (32,67%).
"Badung dan Denpasar ini bersaing. Kalau UMK di Denpasar yang lebih banyak, sedangkan UMBnya Badung yang dominan. Karena memang hotel-hotel mewah itu kebanyakan ada di Badung," jelasnya.
Nah, atas data Tahun 2016 tersebut, pihaknya menyimpulkan bahwa jantung perekonomian dan pusat pencari kerja memang ada di Badung. "Nggak salah kalah sumber ekonomi itu ada di Badung. Dan dari Badung kemudian dishare ke daerah lain," kata Dewa Suambara.
Selanjutnya untuk memantapkan sensus ekonomi yang dilakukan pada Tahun 2016, BPS Kabupaten Badung mulai 1 Agustus sampai 30 September 2017 akan kembali melakukan sensus lanjutan. Namun, pendataan diprioritaskan untuk usaha mikro kecil (UMK) dan usaha menengah besar (UMB). Dalam pendataan ini, BPS menerjunkan sedikitnya 254 orang petugas dengan mengambil sample sebanyak 9.370 usaha.
"Sensus lanjutan 2017 ini akan secara rinci mendata usaha mikro kecil dan usaha menengah besar yang ada di Badung. Jadi, kami berharap bantuan dari semua pihak untuk kelancaran sensus ini," hara Dewa Suambara.
Sementara Putu Ngurah Thomas Yuniarta selaku Kabag Humas Pemkab Badung menyambut baik rencana sensus lanjutan UMK dan UMB Tahun 2017 ini. Kata dia, hasil sensus BPS ini selalu menjadi acuan Pemkab Badung dalam pengambilan kebijakan. "Kami menyambut baik dan mendukung sensus lanjutan UMK dan UMB Tahun 2017 ini. Dan kami juga mengimbau masyarakat dan semua pengusaha yang ada di Badung agar melaporkan secara rinci keberadaan usahanya sehingga hasil sensus ini bisa tepat dan akurat," tukas mantan Camat Abiansemal ini.