BALI TRIBUNE - Berbeda dengan usaha akomodasi pariwisata, menurunnya kunjungan wisatawan pasca erupsi Gunung Agung tidak berpengaruh signifikaan terhadap usaha kerajinan di Gianyar. Belajar dari kondisi yang sama pasca Bom Bali I, Bom Bali II, serta krisis Eropa, pengusaha kerajinan setempat sebagian besar memanfaatkan pemasaran on line dengan sistem e-commerse.
Pantauan Bali Tribune, Rabu (13/12), aktivitas art shop di sepanjang belasan kilometer dari Jalan Raya Andong, hingga Jalan Raya Tegallalang, masih berjalan normal. Kawasan yang menjadi pusat aktivitas ekpor barang kerajinan ini, seakan tak terpengaruh situasi pasca erupsi Gunung Agung. Meski dalam sepekan terakhir, wisatawan terlihat sedikit menurun, kondisi ini tidak serta merta menandakan transaksi jual beli ikut menurun.
Para pekerja barang seni ini, justru tetap terlihat sibuk dengan aktivitasnya untuk memenuhi barang kerajinan yang sudah dipesan oleh pelanggannya. Kondisi ini memang terlihat berbeda dengan suasana di pasar-pasar seni yang hanya mengandalkan kunjungan wisatawan. Karena aktifitasnya bersifat instan dan jumlahnya transaksi dipastikan terbatas.
I Gusti Nyoman Sri, seoarang pengusaha kerajinan kecil yang ditemua di Jalan Raya Andong menyebutkan, turunnya kunjungan wisatawan, hanya dirasakan sebagian kecil pengusaha pemula yang pelanggannya masih terbatas. Termasuk usahanya yang baru, yang masih membutuhkan pelanggan-pelanggan baru. “Beberapa pelanggan kami, sebgainya memanga kami dapatkan karena kunjungan langsung. Namun, saat musim ramai, satu dua wiatawan ada yang membeli kerajinan secara langsung untuk oleh-oleh,” ungkapnya.
Sementara usaha kerajinan ekspor yang lebih besar yang berbasis teknologi, tetap berdiri kokoh. Pengusaha jenis ini lebih tahan banting, karena kondisi yang sama sudah sering dihadapi sebelumnya. Seperti pengaruh Bom Bali I, Bom Bali II, hingga krisis ekonomi di Amerika dan Eropa. “Sebanyak 90 persen inportir kami, bertransaksi lewat on line dalam system e-commerse. Jadi kami tidak termpengarua signifikans terhama naiak turunya kunjungan wisatawan,” ungkap Ni Komang Sri Marheni, manager salah satu perusahaan Ekspor Kerajinan di Peliatan.
Meski demikian, Marheni tidak menampik jika perusahaannya juga melakukan langkah antisipasi terhadap pengaruh erupsi Gunung Agung. Sebab, tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi penjadwalan pengiriman yang menuntut ketepatan waktu. “Sejumlah pengerajin kami juga banyak yang berasal dari daearah radius Awas Gunung Agung. Jika meraka menungungsi, tentunya kan mempengaruhi produktivitas kami,” tambahanya.
Buptai Gianyar AA Gede Agung Bharata menyebutkan, dari hasil evaluasi sejumlah cobaan yang pernah terjadi, jauh-jauh hari jajarannya sudah mendorong pengusaha menengah ke bawah juga memiliki kiat untuk mensiasati pasar. Terlebih pemanfaatan teknologi dinilai masih rendah di kalangan pengusaha kecil. “Kami pemerintah siap menfasilitasnya. Saya yakin, pengusaha di Gianyar memiliki kiat-kiat tersendiri,” terangnya.
Agung Bharata hanya berharap, pengusaha tetap optimis, karena inovasi dan kemampuan kreativitas pengerajin Gianyar sangat potensial untuk bersaing di kancah internasional. “Memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi dengan system e0commerse harus menjadi solusi ke depannya,” tandasnya.