BALI TRIBUNE - Gunung Agung kembali mengalami erupsi pada Senin (15/1) sekitar pukul 06.30 Wita. Hembusan asap dan kolom abu vulkanik ke udara terjadi hingga mencapai ketinggian 2.500 meter dari bibir kawah Gunung Agung. Beberapa saat setelah terjadinya erupsi, sejumlah wilayah di Kecamatan Abang dan Kubu terlanda hujan abu sedang.
Sebagian warga utamanya pengendara motor langsung kebingungan lantaran terpapar abu vulkanik, bahkan beberapa di antara mereka, wajahnya sampai tertutupi abu vulkanik yang berguguran dari udara. “Pas pulang dari mengantar anak sekolah saya kaget katanya Gunung Agung meletus, dan beberapa saat kemudian terjadi hujan abu,” ungkap I Nyoman Datah (38), salah satu warga Banjar Wates, Desa Datah, Abang.
Hujan abu melanda sejumlah daerah di Kecamatan Abang sekitar setengah jam setelah terjadinya letusan. Saat keluar rumah, dia juga melihat banyak pengendara motor yang terpaksa harus berhenti untuk memasang masker. “Kampung kami 10 km dari puncak gunung. Hujan abu cukup tebal, jatuhannya terasa kok di kulit,” ucapnya, sembari mengatakan jika hujan abu itu baru pertama kali melanda desa, tempat tinggalnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam rilis kepada media, menyatakan, erupsi atau letusan pada Senin (15/1) pagi menghembuskan asap dan kolom abu vulkanik bertekanan sedang. Arah hembusan asap dan kolom abu vulkanik condong ke timur laut. “Saat terjadinya erupsi, Gunung Agung menghembuskan asap dan abu vulkanik bertekanan sedang ke timur laut,” paparnya.
Berdasarkan data seismik yang terekam di Pos Pantau Gunung Api Agung di Kecamatan Rendang, tercatat terjadi sebanyak satu kali letusan dengan amplitudo 22 milimeter dan berdurasi 130 detik. Untuk kegempaan terekam sebanyak empat kali gempa hembusan dengan amplitudo 17-18 milimeter dengan durasi 50-60 detik, selain itu juga terkam sebanyak lima kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 27 milimeter berdurasi 25-50 detik.
Kesulitan Pangan
Para pengungsi di sejumlah posko pengungsian yang ada di Karangasem mulai kebingungan untuk makan sehari-hari. Hal itu terjadi karena tidak ada lagi pasokan logistik seperti beras, sayur mayur, telur dan mie instan. Yang paling berat dirasakan oleh ribuan pengungsi yang berada di perkampungan pengungsi di lahan UPT Pertanian Kecamatan Rendang, Karangasem. Sejak awal Januari 2018 ini mereka tidak lagi mendapatkan jatah beras dan logistik lainnya.
I Nengah Sama salah satu pengungsi asal Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, kepada wartawan membenarkan soal tidak adanya lagi jatah logistik untuk dimasak para pengungsi di Posko Pengungsi UPT Pertanian Rendang. Menurutnya amprah terakhir beras pemerintah dari dari Dinas Sosial melalui Posko Tanah Ampo adalah per 31 Desember lalu. Dan sejak itu disebutkannya amprah memang tetap diajukan hanya saja beras yang dinantikan tidak juga datang.
Hal ini membuat para pengungsi di posko pengungsiar terbesar Ini l kebingungan dan terancam kelaparan lantaran tidak ada lagi yang bisa dimasak. Hanya para pengungsi yang memiliki penghasilan saja yang bisa membeli beras dan lauk pauk. “Jatah beras sudah tidak ada sehingga pengungsi harus membeli sendiri. Begitu juga dengan kebutuhan lainya,” ungkapnya. Selain beras dan logistik lainnya, elpiji untuk memasak pun tak lagi dipasok ke pengungsian.
“Banyak pengungsi yang terpaksa beli sendiri. Ya mau bagaimana lagi, masak harus kelaparan?” celetuknya. Sejak awal Januari lalu, para pengungsi hanya berharap bantuan beras dan logistik dari para donator. Namun, jumlahnya sangat terbatas dan tidak setiap hari ada. “Kalau ada dibagi secara bersama-sama tapi sering tidak cukup,” sebutnya. Untuk itu Sama dan pengungsi lainnya berharap agar pemerintah kembali mengirimkan logistik untuk para pengungsi.
Disebutkannya juga, untuk di UPT Pertanian Rendang sendiri sampai saat ini ada sekitar 1.300 orang pengungsi. Sebagian pengungsi diakuinya memang sudah ada yang pulang dan sebagian lagi masih bertahan di posko pengungsian. Soal macetnya pasokan logistik ke Pokso Pengungsi tersebut juga diakui oleh Camat Rendang, I Wayan Mastra. “Ya untuk beras Bulog sampai saat ini memang belum datang, sementara ini sudah diamprah,” ujarnya.
Kepala Dinas Sosial Karangasem, Puspa Kumari, mengaku, pihaknya sudah meminta kordinator pengungsi UPT Dinas Pertanian Rendang untuk menghubungi Bulog Banjarangkan karena pengambilan beras bisa dilakukan di Bulog Banjarangkan. Ditegaskannya, untuk bantuan beras cadangan dari pemerintah sudah langsung dikirim Bulog ke posko pengungsi di Kecamatan. Itu dilakukan untuk menghindari beras tidak turun naik dan memotong birokrasi.