BALI TRIBUNE -Pasca tidak difungsikanya lagi mesin pengolahan limbah medis (Ineserator) sejak lima tahun, pihak RSUD Bangli menggarkan dan ratusan juta untuk menangani masalah limbah padat medis. Untuk tahun 2018 RSUD Bangli menggarkan dana sebesar 500 juta. Untuk penanganan limbah padat medis pihak RSUD Bangli menggandengn pihak ketiga.
Wadir Penunjang dan Sarana Prasrana I Wayan Suastika mengungkapkan jika mengacu UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, diwajibakan sebuah rumah sakit memilki mesin pengolahan limbah padat medis. Kata pria asal Desa Bangbang ini sejatinya RSUD Bangli memilki mesin ineserator dan telah sempat dioprasikan. Namun karena adanya protes masyarakat ,pihak RSUD Bangli memilih tidak lagi mengoperasikan mesin ineserator. ”Sudah hampir lima tahun mesin ineserator tidak lagi kita fungsikan, untuk penanganan limbah padat medis kita menggandeng pihak ketiga,” ujarnya, Rabu (24/1).
Lanjut I Wayan Suastika, limbah padat medis yang kita kerjasamakan penangannya dengan pihak ketiga dalam hal ini PT Triyata meliputi limbah padat bekas pakai pasien dan bahan berbahaya dan beracun (B3). Untuk proses penanganya limbah padat, kata Suastika, limbah padat medis berasal dari setiap ruangan dikumpulkan dan langsung dibungkus kemudian disimpan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah medis dan B3 RSUD Bangli, menunggu waktu diangkut oleh pihak ketiga untuk didikirim ke Sidoarjo, Jawa Timur.” Untuk limbah padat medis dan B3 biasanya diambil/ diangkut oleh pihak PT Triyata seminggu dua kali, dan tidak dibenarkan kalau limbah disimpan di TPS lebih dari tiga hari,” ungkapnya.
Disinggung terkait biaya, kata Suastika, untuk limbah padat medis maupun B3 dikenakan biaya Rp 25 ribu per kilonya. Sementara untuk volume limbah medis dan B3 ,jika di RSUD Bangli dirata-ratakan 50 Kg per harinya. ”Khusus untuk rumah sakit yang ada di Bali Timur untuk penanganan limbah padat dan B3 menggandengn pihak ketiga,” ujar I Wayan Suastika.
Sementara penangan limbah cair, sebut I Wayan Suastika sudah bisa ditangani secara mandiri ,yakni pengolahan limbah cair menggunakn teknik biosystem.Air yang telah diolah dimanfaatkan untuk menyiram taman. ”Untuk mengetahui mutu air tiap tiga bulan ikita kirim sampel air ke Lab kesehatan propinsi dan juga pihak Dinas Lingkungan hidup rutin mengecek mutu air limbah yang kita olah,” sebutnya.