balitribune.co.id | Gianyar - Dinamika berkesenian, bukanlah perjalanan yang mudah bagi seorang seniman, terlebih bagi sebuah sanggar. Sebagai wujud syukur eksistensnya berkesenian, Minggu (28/1) malam, bertempat di Puri Saraswati, 32 tahun Sanggar Seni Puri Saraswati (SSPS), Singapadu, Sukawati, tersemat tetap mewarnai panggung kesenian Bali di berbagai hajatan lokal maupun international.
Dalam sebuah acara sederhana dan menyembulkan rasa bangga syarat makna, perayaan ulang tahun dikemas atraktif oleh Sanggar Seni Puri Saraswati di Banjar Sengguan, Singapadu. Suasana pun berlangsung ritmis. Dihadiri sejumlah tokoh adat, aparatur desa, seniman, pencinta seni serta para orang tua peserta sanggar. Kegiatan diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua Sanggar Puri Saraswati, yakni Cokorda Istri Rukmini bersama Perbekel Singapadu I Made Budiarta.
Kepiawaian anak sanggar menyajikan tarian pembuka dengan bertembang gaguritan, mengawali persembahannya, terasa menyejuk suasana malam itu. Dilanjutkan dengan tari kreasi topeng Prembon narawangsa. Tanpa jeda, tampilan anak-anak sanggar pun ditampilkan berturut, tembang gaguritan sinom, tari barong dan terakhir ditutup dengan tari Janger.
Rasa bangga dari Kepala desa Singapadu. Made Budiarta yang tak menyana jika sanggar Puri Saraswati tetap eksis meski kini tidak lagi memiliki sponsor tunggal sebagaimana awal didirikan. Ini menunjukan jika keseriusan pengelola sanggar untuk mengejewantahkan dharma seninya.
Diakuinya, keberadaan sanggar ini sangat mendukung dan mempertegas identitas Singapadu sebagai gudang seni tari dan tabuh. Eksistensi Sanggar Puri Saraswati merupakan salah satu langkah estafet berkesenian di desa setempat.
"Kami atas nama Desa Singapadu sangat bersyukur dan berterima kasih kepada ibu Cok, yang tetap teguh menjaga sanggar ini yang juga menjaga estafet berkesenian warga desa Singapadu. Kepada orang tua peserta sanggar juga kami harapkan siap berkorban bersama untuk prestasi anak-anak dalam berkesenian," pintanya.
Cokorda Istri Rukmini, dengan rasa syukurnya berharap perayaan HUT sagggar ini adalah momentum penguatan semangat sanggar untuk menjaga eksistensinya di dunia berkesenian. Karena dalam perjalanannya selama 32 tahun ini, sanggar ini tetap eksis lantaran “ketulusan” mengabdi untuk kesenian tradisional. Lantaran itu pula, terkadang berbuah ketulusan dari berbagai pihak untuk mendukung dan menyokong perjalanan sanggar ini.
“Kami sangat bersyukur, sejak berdiri dan dalam perjalanan ada pihak-pihak yang membantu. Khususnya sponsor dari teman-teman asal Jepang,” ujar Cok Istri.
Keberadaan sanggar Seni Puri Saraswati ini terbilang sanggar yang aktif dan memiliki prestasi yang membanggakan. Sejak berdiri, sanggar inu pernah melakoni misi kesenian ke negari Sakura tahun 1993. Mengikuti parade tari tingkat nasional di Jakarta, parade dolanan anak-anak di Solo, persembahkan Sendratari kolosal di PKB Bali, langganan juara di setiap kejuaran tari Bali dan tarakhir menjadi duta Bali dalam Pawai Budaya di Istora Jakarta November 2019.
Namun demikian, Cok Istri tidak menyembunyikan ketertatihannya dalam mempertahankan sanggar ini. Karena keberadaan sanggar ini juga membutuhkan asupan dana operasional. Disisi lain, untuk menggali bakat dan minat seniman muda, sanggar ini tek pernah menargetkan imbalan. Kontribusinya dengan mengadakan pentas di hadapan wisatawan Jepang dan negara lainnya di sanggar. Bahkan saat Covid-19, di tahun 2020, sanggar ini tetap ambil bagian dalam pertunjukan secara virtual.
“Kami selalu bersyukur dan akan lebih bersyukur lagi jika ada pihak lain yang memberikan kontribusinya,” syukurnya.