Diposting : 19 June 2022 17:40
YUE - Bali Tribune
balitribune.co.id | Badung - Pasca-pemerintah pusat menambah daftar negara yang masuk Indonesia menggunakan visa kunjungan saat kedatangan atau Visa on Arrival/VoA khusus wisata (VKSKKW), diharapkan mampu meningkatkan kunjungan turis asing ke pulau Bali tanpa menimbulkan penyebaran kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di masa pemulihan pariwisata Bali akibat dampak dari pandemi Covid-19. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Bali, Anggiat Napitupulu saat konferensi pers pembukaan Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2022 di Nusa Dua, Badung, Kamis (16/6) menyatakan, sehanyak 72 negara kini bisa masuk Indonesia maupun Bali menggunakan VoA.
Sejak adanya penambahan daftar negara dengan VoA, berdasarkan data dari 1 hingga 16 Juni 2022 sudah ada 1.230 maskapai yang masuk ke Bali melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. "Ini belum kita bayangkan bagaimana jika ada maskapai konvensional dari Australia ke Bali, karena sebagian besar turis asing di Bali adalah dari Australia. Saat ini contohnya maskapai Qantas baru dari Melbourne dan Sydney, sementara yang sebelumnya Virgin Air dan Jetstar sudah masuk lebih dulu," ucapnya.
Kata dia, prediksi dari Kemenkumham melalui imigrasi sampai dengan Agustus 2022 akan ada peningkatan kedatangan turis asing dari sejumlah kota di Australia ke Bali. "Qantas pasti berpikir bisnis dan tidak mau ketinggalan dengan maskapai lainnya. Karena ada kunjungan potensial dari Australia ke Bali seperti Perth, Queensland maupun Darwin. Pasti Qantas akan buka," beber Anggiat Napitupulu.
Menurut dia dampaknya bagi pariwisata Bali adalah adanya kenaikan kunjungan wisatawan. Kendati demikian, masyarakat Bali maupun pelaku pariwisatanya harus tetap konsisten menjaga kearifan lokal Bali. "Kita ketahui bersama bahwa kekuatan pariwisata Bali terletak pada sosial dan budayanya. Dengan dibukanya pintu gerbang negara pasti ada dampaknya terhadap sosial dan budaya Bali. Untuk itu diperlukan konsistensi kita di Bali untuk memperkenalkan pada masyarakat global terkait kearifan lokal Bali," katanya.
Sementara itu Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana pada kesempatan yang sama menyatakan, setelah berjuang selama 2 tahun karena pandemi Covid-19, pelaku pariwisata kini menghadapi tantangan. Dimana berdasarkan data ada 140 ribu kamar hotel di Bali, namun yang beroperasi sekarang ini diprediksi sekitar 90 ribu kamar. Sedangkan sisanya yang 50 ribu kamar ini kondisinya masih 'terluka' akibat wabah global tersebut.
"Saya banyak sekali menerima isu, dimana yang tadinya produknya bagus, makanannya enak, tiba-tiba tidak maksimal. Itu memang akibat dari efek 'terluka' yang 2 tahun kemarin. Nah solusinya salah satunya adalah pemerintah membantu keuangan industri pariwisata supaya kembali maksimal dan sehat. Jangan sampai kita berpromosi, ada event banyak tapi hotelnya tidak maksimal, makanannya tidak enak lagi," ucapnya yang akrab disapa Gus Agung.
Ia berharap, Asosiasi Usaha Biro Perjalanan Wisata (Asita) Bali rajin mengecek ke lapangan terkait kondisi hotel yang akan dimasukkan ke dalam paket wisata. Gus Agung menyarankan Asita untuk melakukan grade terhadap hotel-hotel yang dijual di paket wisata tersebut. "Grade ini untuk menghindari komplin-komplin selanjutnya supaya pelayanan hotel lebih maksimal," cetusnya.
Menurut Gus Agung, saat ini pasca-pandemi Covid-19, event atau kegiatan-kegiatan akan menjadi pendorong kedatangan wisatawan domestik dan asing ke Pulau Seribu Pura. "Tahun ini kita harus perbanyak event, event apa saja. Misalnya secara anggaran jika tidak banyak tapi dipermudah aturannya, supaya bisa bikin event musik, meeting, itu secara signifikan tiba-tiba kunjungan naik," imbuhnya.