Gianyar, Bali Tribune
Di tengah respons positif masyarakat Gianyar terhadap operasional Bus Sekolah, rupanya tidak dibarengi oleh pendanaan operasional yang memadai. Buktinya, dalam dua bulan terakhir sopir dan kenek bus tersebut belum terima honor. Organda Gianyar sebagai penyalur tenaga operasional program Pemkab Gianyar pun menjadi bulan-bulanan.
Ketua Organda Gianyar, I Wayan Balik Semadi, Senin (23/5) mengatakan, dalam satu hari, ada tujuh bus beroperasi. Untuk tenaga operasionalnya, setiap harinya Organda melibatkan tujuh orang sopir utama dan tiga sopir cadangan, serta tujuh orang kenek. Semuanya diawasi oleh tiga orang koordinator lapangan. "Kami sudah berusaha membantu program pemerintah dalam angkutan sekolah ini. Kami harap Pemkab Gianyar juga memperhatikan hak-hak kami," harap Semadi.
Memperjuangkan itu, pihaknya mengaku sudah mengamprah sejumlah dana ke Bagian Perwat, namun tak kunjung turun. “Kalau sampai akhir Mei ini belum juga turun, kami akan menghadap Bapak Bupati," keluhnya.
Mengenai honor yang belum terbayarkan, terhitung sejak bulan Maret dan April 2016, dari kalkulasinya selama dua bulan upah yang belum terbayarkan mencapai Rp65,5 juta. "Itu belum termasuk honor koordinator. Karena kami berharap hak sopir dan kenek ini yang diutamakan," terangnya.
Memang, tujuh Bus Sekolah dioperasikan mulai awal Maret 2016. Karena operasionalnya belum dianggarkan, hingga turunnya anggaran perubahan 2016, biaya operasional ditalangi oleh Bagian Perwat Pemkab Gianyar.
Respons masyarakat pun sangat besar hingga para sopir kewalahan melayani mereka. Bahkan, Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Gianyar siap untuk mengadakan armada tambahan dengan memohon bantuan kepada pemerintah pusat.