balitribune.co.id | Nusa Dua - Bali Spa and Wellness Association (BSWA) memandang penting kesehatan mental bagi para terapis spa. Pasalnya, para terapis ini akan berhubungan langsung dengan wisatawan yang ingin merasakan aktivitas kebugaran atau Wellness saat berlibur di Bali. Sebelum memberikan terapi kepada wisatawan, para terapis harus memastikan kesehatan mentalnya.
Wakil Ketua BSWA, Feny Sri Sulistiawati saat BSWA Annual Event 2025 di Nusa Dua, Badung, Jumat (5/12) mengatakan, kegiatan Annual Event ini digelar setiap tahun untuk meningkatkan kemampuan para terapis spa. "Annual Event tahun ini yang ke-17 lebih banyak mengundang pembicara nasional yang berkaitan dengan kesehatan mental terapis spa. Seperti yang kita tahu di Bali ini 300 persen ternyata penyakit mental meningkat dalam satu tahun ini. Tahun kemarin sekitar 100 persen. Makanya akhir tahun ini kita coba untuk seminar ini lebih fokus pada kesehatan mental," jelasnya.
Menurutnya, kesehatan mental bagi terapis spa ini sangat penting karena banyak yang tidak sadar dengan diri sendiri. "Mereka lebih melihat orang lain. Padahal, kalau misalnya marah itu dia marah dengan orang lain. Padahal marahnya itu ada dalam diri sendiri, itu yang difokuskan. Penting kita harus sadar diri supaya tidak terlalu menyalahkan," imbuh Feny.
Ia menegaskan, para terapis sebelum melakukan terapi kepada orang lain, terapis harus sadar pada diri sendiri atau kesehatan mentalnya. Sehingga mampu melakukan pekerjaanny sesuai standar yang berlaku.
Ia menambahkan, di seluruh Indonesia terdapat 13 ribuan terapis spa yang telah tersertifikasi. Bali saat ini kekurangan terapis spa karena sebagian besar tertarik bekerja di luar negeri. Padahal kebutuhan terapis spa di Bali sebanyak 14 ribuan terapis bersertifikat, namun saat ini yang bekerja di Bali hanya 30 persen dari 13 ribuan terapis. "Di seluruh Indonesia ada 13 ribuan terapis spa yang bersertifikat namun hanya 30 persennya yang bekerja di Bali. Sisanya di luar negeri. Di Bali sekarang ini kekurangan terapis spa," katanya.