Cok Ace : Terjadi ketidakpastian di Bali | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 27 Desember 2024
Diposting : 22 April 2016 14:48
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati

Nusa Dua, Bali Tribune

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace, meminta saran kepada Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli terkait konsep pariwisata Bali. Menurut dia, saat pemerintah tengah gencar mendorong destinasi 10 wilayah, di Bali justru terjadi ketidakpastian.

Saat ini dikatakan Cok Ace, pemerintah optimistis mampu mendatangkan 20 juta wisatawan pada tahun 2019 mendatang. “Salah satu hal yang menarik minat wisatawan ke Indonesia adalah keindahan alamnya. Kebhinekaan kita juga salah satu daya tarik,” katanya dalam Rakernas I Tahun 2016 PHRI di Nusa Dua,  Kamis (21/4).

Cok Ace mengaku belum melihat konsep rencana keseluruhan pembangunan pariwisata Indonesia. “Saya belum lihat detail plan keseluruhan pembangunan pariwisata Indonesia. Di Bali, kami mengalami hal rancu. Dulu konsep pariwisata budaya. Sekarang pembangunan melemahkan budaya Bali,” ucapnya.

Cok Ace mengatakan saat ini, Bali justru mengacu pada pembangunan yang telah dilakukan oleh Singapura dan Hong Kong. Pada saat sama, konsep pembangunan itu menggerus kearifan lokal yang sekian lama terjalin di Bali. “Kita berorientasi pembangunan Singapura dan Hong Kong. Kita meninggalkan kearifan lokal. Kita harap saran Pak Menteri agar Bali tak meninggalkan itu, sekaligus menunjukkan kebhinekaannya,” harapnya.

Dalam kesempatan tersebut Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menyebut jika pembangunan di kawasan Bali selatan sudah sangat padat. “Bali selatan itu sudah krodit. Sementara di Bali Utara itu masih kosong,” ucapnya

Nantinya apakah Bali utara akan dikembangkan atau tidak, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada tokoh Bali untuk menentukan. “Kalau kita kembangkan (Bali utara-red) nanti rusak lingkungannya dan tata budayanya. Atau kita biarkan saja Bali utara supaya heritage dan tata budayanya tidak berubah,” kata Rizal.

Menurutnya jika diputuskan untuk dibangun sarana pariwisata di Bali utara, maka hal itu bukan perkara sulit. “Kalau mau dibangun cepat sih sebetulnya. Kita bangun airport dan akses jalan. Tapi itu tokoh-tokoh Bali yang harus tentukan mau dibawa kemana Bali ini. Apakah mau dikomersilkan Bali utara seperti Bali selatan atau mau dipertahankan. Banyak juga sebetulnya yang mau kembangkan Bali utara,” urai Rizal.

Lebih lanjut dia mengatakan harga tanah di Bali selatan dan utara memiliki perbedaan yang sangat jauh. Jika di Bali utara dibangun fasilitas seperti bandara atau dikembangkan seperti di selatan dipastikan harga tanah di utara melonjak bahkan bisa sampai 20 kali. “Apa itu yang memang diinginkan Bali. Makanya tokoh di Bali kumpul dulu apa sebenarnya yang diinginkan,” tutupnya.