Dimarahi Guru karena Pacaran di WC Sekolah, Atlet Sepak Bola Gantung Diri | Bali Tribune
Bali Tribune, Minggu 22 Desember 2024
Diposting : 2 May 2016 13:29
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
I Kade Birawa

Negara, Bali Tribune

Seorang siswa yang juga atlet sepak bola, Kade Birawa (17) pelajar kelas X SMA Negeri 2 Negara asal Banjar Brawan Salak, Desa Banyubiru, Negara, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri pada Sabtu (30/4) pukul 16.00 Wita di kamarnya.

Siswa yang pernah bertanding hingga ke Singapura tahun 2011 ini melakukan ulah pati setelah 30 menit sebelum kejadian sempat dipergoki pacaran di WC sekolah saat jam pengembangan diri sehingga dimarahi oleh gurunya dan diancam akan dikeluarkan sebagai sisiwa dari sekolahnya.

Kematian pemain besutan Yayasan Damai Olah Raga Bali Sport Fuondation ini diketahui pertamakali oleh ibunya, Ayu Putu Antari (46) sekitar pukul 16.00 Wita. Saat itu ia berusaha memanggil anak kedua dari dua bersaudara ini yang baru pulang dari sekolah agar membantu memberi makan ayam, tetapi tidak ada sahutan. Disangkanya sedang tidur lalu dicari di kamarnya dan didapati anaknya telah tergantung menggunakan selendang warna oranye di ram pentilasi jendela kamarnya. Karena panik dan berteriak-teriak, lantas keluarga yang tinggal di satu pekarangan pun datang. Untuk memastikan kematian back tengah Bali Putra Dewata FC ini, pihak keluarga melarikannya ke RSU Negara dan dinyatakan sudah tidak bernyawa.

Ayah korban, I Gede Arjana (48) bersama ibunya Ayu Putu Antari (46), ditemui di rumah duka, Minggu (1/4), menuturkan kematian anaknya itu. Ia sama sekali tidak memiliki firasat apapun tentang kematian anaknya yang bercita-cita jadi polisi itu karena selama ini tidak ada masalah di dalam keluarganya. Pelatih sepak bola ini juga menuturkan sebelum kejadian anaknya tidak mengatakan sesuatupun kepada keluarga. Setelah peristiwa itu baru ia tahu bahwa anaknya ada permasalahan di sekolahnya, itu pun ia ketahui dari teman sekelas yang juga pacar korban,  Ni Putu DR (17) asal Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Jembrana yang datang kerumah duka. Dari penuturan Ni Putu DR diketahui anakanya sempat dimarahi dan diduga ada pemukulan yang dilakukan oleh Wakabid Kesiswaan, I Nengah Dwiyadnya karena anaknya dipergoki oleh penjaga sekolah pacaran di WC sekolah saat jam masuk sore. Bahkan, dari penuturan Putu DR, diketahui Kade Birawa sempat dipermalukan di hadapan beberapa guru dan siswa serta diancam akan dikeluarkan hingga sempat terjadi tarik menarik HP Asus milik anak itu yang sampai sekarang masih ditahan pihak sekolah. 

Korban masih disemyamkan di rumah dukan dan untuk prosesi selanjutnya pihak keluarga masih menunggu kepastian dewasa ayu untuk pengabenan jenasah korban. Karena pihak keluarga masih bertanya-tanya dan untuk memastikan latar belakang masalah korban hingga sampai menghakiri hidupnya, terlebih pihak sekolah sampai sekarang tidak memberikan informasi apapun ke pihak keluarga. Ia saat itu juga telah melaporkan peristiwa kematian anaknya ini ke Polsek Kota Negara.

Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP I Gusti Made Sudharma Putra, dikonfirmasi Minggu kemarin, seizin Kapolres Jembrana membenarkan adanya peristiwa gantung diri hingga berakibat pada kematian siswa yang juga atlet sepak bola itu. Unit Identifikasi Polres Jembrana yang melakukan olah TKP mendapati korban tergantung menggunakan selendang sepanjang 1 meter pada petilasi yang tingginya 210 dm dan jarak pentilasi ke kaki korban 150 cm. Begitu pula dari hasil pemeriksaaan De Arya dari Puskesmas I Negara di Kaliakah menyatakan korban terjerat simpul sepanjang 18 cm.

Kepala SMA Negeri 2 Negara, I Wayan Sudiarta dikonfirmasi melalui ponselnya, kemarin, mengatakan ia sedang berada di Tabanan dan memperoleh laporan melalui telpon. Menurutnya, Sabtu sore sekitar pukul 16.00 Wita korban dipergoki sedang pacaran di WC oleh penjaga sekolah, karena di sekolah saat itu ada beberapa guru dan kebetulan Wakabid Kesiswaan, I Nengah Dwiyadnya datang sekolah, hingga korban bersama pacarnya diberikan pembinaan. Ia berkelit telah terjadi pemukulan atau pengancaman. HP milik korban yang disita sekolah menurutnya diperiksa dan dipelajari isi pesan-pesan yang ada untuk mendalami permasalahannya. Ia mengaku pihak sekolah telah berencana memanggil orangtua kedua siswa yang berpacaran di sekolah itu hari ini, namun keburu korban menghakiri hidupnya.