Ekonomi Digital di Indonesia Tumbuh Pesat | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 19 April 2020 18:38
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
Bali Tribune / Willson Cuaca

balitribune.co.id | Denpasar – Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) menunjukkan bahwa ekonomi digital yang saat ini tumbuh pesat, hanyalah sebagian kecil dari potensi Indonesia. Pertumbuhan bakal makin melesat jika Indonesia bisa menanggulangi beberapa kendala yang dihadapi seperti keterbatasan talenta digital, pelaku usaha yang enggan menggunakan produk digital, hingga akses atas layanan finansial yang rendah. Demikian disampaikan Co-founder & Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca dalam siaran persnya beberapa waktu lalu. 

EV-DCI juga menggambarkan ada ketimpangan perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Skor daya saing digital Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pulau lain. Sedangkan selisih skor antara Jakarta dengan provinsi lain di Jawa masih sangat besar.

 Kata dia, infrastruktur internet yang lengkap dan tingkat adopsi digital yang cepat membuat Jakarta sebagai magnet industri digital dan pendiri-pendiri startup baru. Skor daya saing digital Jakarta EV-DCI = 76,8) adalah yang tertinggi di Indonesia. Namun, beberapa kota lain juga menunjukkan perkembangan yang menarik. 

"Kota berukuran sedang seperti Malang (EV-DCI = 47,2), misalnya, mampu menempati posisi 10 besar. Posisi Malang sebagai “dapur” industri digital Indonesia membuatnya unggul dalam aspek talenta digital Balikpapan adalah kota dengan daya saing digital paling tinggi di Kalimantan (EV-DCI = 44,2)," jelas Willson.

 Menurut dia, kehadiran perusahaan-perusahaan besar di Balikpapan membuatnya sebagai tempat pertemuan pekerja berkeahlian dari seluruh Indonesia. Kota dengan daya saing paling tinggi di Sumatra adalah Medan (EV-DCI = 50,3). Meskipun memiliki infrastruktur yang kuat dan pasokan talenta yang memadai, Medan mencatatkan skor yang rendah dalam hal adopsi digital.

Selain itu, di wilayah bagian timur Indonesia, Makassar adalah kota dengan daya saing paling tinggi (EV-DCI = 46,8). Posisi ini tidak mengherankan karena Makassar adalah pusat ekonomi di regional timur. Namun, skor penetrasi layanan finansial digital dan tingkat adopsi UMKM atas layanan digital sangat rendah.

Dari data yang disajikan oleh EV-DCI, para pemangku kepentingan dan sektor publik dan sektor swasta bisa saling membandingkan tingkat pemanfaatan teknologi digital di wilayah masing-masing.

Misalnya, bagi pemimpin di tiap daerah, dengan memanfaatkan indeks tersebut dapat semakin terpacu untuk berlomba menciptakan ekosistem yang terbaik bagi perkembangan ekonomi digital, baik lewat pembangunan infrastruktur, pengembangan talenta, maupun regulasi yang tepat.

Lebih lanjut Willson menyampaikan, bagi para pemain besar di industri teknologi Indonesia, EV-DCI bisa menjadi panduan untuk melangkah lebih jauh dari kota-kota besar ke seluruh pelosok Tanah Air, untuk membantu lebih banyak bangsa Indonesia menikmati manfaat perekonomian digital. "Untuk mereka yang akan atau baru merintis bisnis, EV-DCI adalah sebuah peta peluang," imbuhnya.

Dia menyebutkan, perkembangan ekonomi digital di Indonesia sangat impresif. Nilai pasar ekonomi digital Indonesia telah menembus US$40 miliar pada 2019 dan diproyeksikan mencapai US$133 miliar pada 2025. Namun, angka tersebut tidak dapat menggambarkan dengan lengkap perkembangan dan potensi pasar digital di Tanah Air. Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) adalah upaya untuk memetakan perkembangan dan potensi ekonomi digital di penjuru Nusantara, mencakup data dari 34 provinsi dan 24 kota terbesar.