Amlapura, Bali Tribune
Kendati jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Karangasem sudah menembus angka 1.003 kasus, namun Pemprov Bali maupun Pemkab Karangasem belum ada rencana untuk menaikkan statusnya menjadi kejadian luar biasa (KLB). Padahal, hampir seluruh Puskesmas yang ada di Karangasem penuh sesak oleh pasien DBD, bahkan mereka sampai harus dirawat di ruang tunggu Puskesmas.
Di Puskesmas Selat salah satunya, saat ini hampir seluruh pasien yang dirawat adalah pasien DBD. Karena ruang perawatan yang hanya bisa menampung 12 orang, pihak Puskesmas terpaksa harus meminjam bed ke seluruh Puskesmas Pembantu untuk merawat pasien di ruang tunggu. Total pasien DBD yang dirawat di Puskesmas Selat berjumlah 22 orang.
Terkait mengganasnya wabah DBD di Kecamatan Selat, Pihak Dinas Kesehatan Karangasem sudah melakukan beberapa kali pengasapan atau fogging. Namun hasilnya bukan malah menurun, serangan nyamuk DBD malah semakin mengganas utamanya terjadi di Dusun Perang Sari Tengah, Desa Duda Utara, Selat. Dari fogging pertama dan kedua kali, menurut keterangan sejumlah warga, Rabu (27/4), nyamuk malah semakin mengganas dan setiap hari hampir dua hingga lima orang warga terpaksa dilarikan ke Puskesmas atau RSUD Karangasem karena terserang DBD.
“Sampai sekarang ini jumlah warga kami yang terserang DBD sudah mencapai 97 orang, yang teparah sejak dua minggu terakhir ini. Dusun kami ini yang paling parah terkena serangan nyamuk DBD,” ungkap Kadus Perang Sari Tengah, Wayan Sudiarta, kemarin. Diakuinya pula fogging yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kurang terlalu berpengaruh, bahkan nyamuk bukannya mati tapi malah semaki mengganas menyerang warga.
Saat ini saja jumlah warganya yang sedang dirawat di Puskesmas Selat berjumlah enam orang, dan puluhan sisanya dirawat di RSUD Karangasem, karena Puskesmas overload. “Nyamuknya tidak mati kena fogging, karena itu kami bersama warga melakukan tindakan abatesasi untuk membunuh jentik di samping melakukan 3M,” sebutnya.
Hal senada dikatakan Perbekel Duda Utara, I Wayan Darmadi. Menurutnya, hampir setiap banjar di perbekelnya terserang wabah DBD, dan wabah DBD kali ini memang sangat ganas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Itu dilihat dari banyaknya warga terserang DBD dan harus diopname di rumah sakit.
Lantas apa kata Pemkab Karangasem soal wabah DBD yang statusnya bukan KLB? Wabup Karangasem Wayan Artha Dipa mengatakan ada parameter tersendiri untuk menentukan ini KLB atau tidak. Pihaknya menilai jumlah 1.003 kasus itu terjadi dari Januari hingga April.
“Nah kecuali kalau 1.003 kasus itu terjadi pada April saja, mungkin bisa ditetapkan KLB. Tapi dari data yang kami peroleh sejak dilaksanakan upacara Nangluk Mrana, serangan DBD mulai mereda,” kilahnya, sambil menyebut setelah di Pura Silayukti Padangbai, upacara ritual tersebut juga akan dilaksanakan di Pura Agung Giri Tolangkir, Sebudi, Karangasem.