Diposting : 15 January 2019 21:44
Release - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Simpang siur tentang berita penutupan beberapa toko milik pengusaha Tiongkok di Bali secara ridak langsung telah mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan dari negeri tirai bambu tersebut. Untuk menarik wisatawan tersebut kembali datang ke Bali, Pemprov Bali berencana menyelenggarakan Festival Batur yang bercerita tentang historia hubungan Bali dan Tiongkok yang sudah terjalin cukup lama. Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) dalam rapat Persiapan Festival Batur bersama stake holder pariwisata bertempat di ruang rapat Praja Sabha, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Senin (14/1).
Ia menyampaikan harapan agar festival tersebut bisa diadakan saat Peak Season atau saat kunjungan wisatwan Tiongkok sedang mencapai puncak ke Bali yaitu pada bulan Februari mendatang. “Itu pas dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Jadi mungkin kita bisa buat Paradenya pada tanggal 6 Februari mendatang,” jelasnya. Ia juga menambahkan jika Festival Batur akan diselenggarakan selama sebulan penuh hingga menjelang Hari Raya Nyepi. “Jadi festival tersebut juga bisa berbentuk akulturasi budaya Cina dengan Bali,” imbuhnya. Ia juga menambahkan ingin menarik setidaknya 60% atau sekitar 3.000 wisatawan Tiongkok di bulan itu mengunjungi Festival Batur.
Lebih lanjut, Wagub Cok Ace ingin menyampaikan kepada warga Tiongkok bahwa hubungan Bali dan Tiongkok masih kuat meskipun isu penutupan toko beberapa waktu lalu sempat merebak. “Kita ingin tunjukkan bahwa hubungan yang sudah terjalin sejak ratusan tahun lalu berjalan dengan baik,” tandasnya.
Sementara itu Ngurah Paramartha sebagai penulis buku The Secret Soul of Singa Wangsa menyampaikan jika hubungan Bali dan Tiongkok sudah terjalin dari abad ke-13 atau sejak Kang Cing Wie menjadi ratu dari Raja Subandar. “Peninggalan tersebut bahkan masih ada di Pura Batur, sehingga bisa kita jadikan dasar historis untuk menarik wisatawan,” jelasnya.
Ngurah Paramartha mengungkapkan dengan histori tersebut bisa menjadikan dasar untuk menarik wisatawan Tiongkok ke Bali sekaligus mempelajari sejarah yang berhubungan dengan mereka. “Bayangkan Perancis bisa mendatangkan puluhan juta wisatawan tiap tahun karena menjual sejarahnya, kita juga bisa, apalagi sejarah tersebut berhubungan langsung dengan negara Tiongkon,” pungkasnya.