Diposting : 6 May 2023 09:20
RAY - Bali Tribune
balitribune.co.id | Denpasar - Seorang WNA Rusia, Ilgam Muzafin (32) merasa Bali tidak aman lantaran mengalami tindakan pemerasan dan intimidasi oleh sejumlah gengster WNA.
Informasi yang berhasil dihimpun Bali Tribune mengatakan, sekelompok gengster asal Republik Chechnya melakukan aksi pemerasan terhadap sejumlah warga negara asing (WNA) di Bali. Korban pemerasan para gangster itu sudah mencapai miliaran rupiah. Para gangster pernah ditahan oleh pihak Kepolisian Bali karena kejahatan yang sama namun diduga dilepaskan kembali. Korban pertama mereka bernama Yuri Boytsov dan Ekaterina Nikolaevna asal Rusia dengan kerugian mencapai 284.000 Dolar AS atau setara dengan 4 miliar rupiah lebih.
Sementara korban terbaru dari kelompok bandit itu adalah Ilgam Muzafin asal Rusia. Dia mendapat intimidasi dari para pelaku di Startbucks di Jalan Sunset Road Kuta, Senin (1/5) pukul 18.30 Wita.
"Berdasarkan keterangan korban, tiga orang pelaku utama bernama Azamatov Zaid Mogamed dan Mohamad berasal dari Republik Chechnya, serta satunya lagi memakai helm saat mengintimidasi sehingga tidak diketahui oleh korban. Pada saat melakukan intimidasi, tiga orang tersebut mengajak sekitar 15 orang lokal yang diduga sebagai Ormas di Bali. Korban mengaku dimintai uang sekitar 80.000 Dolar AS atau setara dengan 1,1 miliar rupiah," ungkap seorang petugas.
Para pelaku itu mengancam korban menggunakan pisau dan pistol saat mengintimidasi korban. Namun korban berhasil kabur ke dapur Startbucks untuk menyelamatkan diri. Orang-orang tersebut kabur karena korban berusaha menghubungi polisi. Kejadian itu langsung dilaporkan korban ke Polsek Kuta. Namun pihak Polsek Kuta mengaku belum cukup bukti sehingga belum ditindaklanjuti. Para bandit tersebut diduga sudah sering melakukan pemerasan.
"Saya merasa sangat buruk dengan keadaan di Bali. Baru saja tiba di Bali dan sudah diperlakukan buruk oleh gengster yang berkeliaran di Bali. Kalau begini terus siapa yang akan menjadi korban berikutnya," aku Ilgam Muzafin melalui penerjemahnya.
Ia mengaku sudah melaporkan ke polisi untuk minta perlindungan. Namun polisi mengatakan belum cukup bukti. Sampai saat ini ia mengaku terus diintimidasi lalu. "Saya harus melaporkan ke mana lagi," ujarnya.
Kapolsek Kuta Kompol Yogie Pramagita yang dikonfirmasi via telepon, menyampaikan bahwa benar sudah ada laporan yang masuk terkait kasus ini namun pihaknya masih melakukan penyelidikan dengan bersurat kepada pihak Starbucks tempat kejadian perkara. "Sedang dalam proses penyidikan," katanya.