
balitribune.co.id | Mangupura - Seperti diketahui belakangan ini puncak terjadinya sampah kiriman di Pantai Kuta. Berbagai jenis sampah yang hanyut ke laut kemudian terbawa arus dan terdampar di Pantai Kuta.
Hamparan sampah ini telah merusak pemandangan dan citra Kuta sebagai destinasi utama wisata dunia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk mengembalikan kebesihan pantai, akan tetapi gelombang sampah terus berdatangan.
Melihat akan situasi tersebut, beberapa pemerhati lingkungan yang tergabung dalam Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) berinisatif untuk berkontribusi dalam mengurangi timbulan sampah dengan turun langsung “Kedas-kedas” di sepanjang Pantai Kuta, Minggu (26/12).
Digawangi oleh sekretaris IATPI Bali, Ir A.A. Gde Sutrisna WP, ST. MT, panitia gabungan pun dibentuk. Aksi sosial kali ini melibatkan beberapa institusi yang ada di Bali seperti, Program Pasca Sarjana Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan (M.P2WL), Fakultas Teknik Universitas Mahasaraswati Denpasar (Prodi Teknik Lingkungan), ikatan alumni Pascasarjana Unmas Denpasar, PSPPI-8, Fakultas Teknik Universitas Udayana (Prodi Teknik Lingkungan) , IDB Bali, IPBI dan Forum anak. “Selain dari kalangan akademisi, mahasiswa, dan pemerhati lingkungan, acara ini juga melibatkan masyarakat umum di sekitar pantai, sehingga jumlah peserta mencapai kurang lebih dua ratus orang yang didukung Pemkab Badung dengan mengerahkan alat berat dari DKP Kabupaten Badung dan PUPR Badung,” sebut Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bali Ini.
Dalam kesempatan ini ketua IATPI, Dr. Ir. NK Acwin Dwijendra, ST, SDs, MA, IPU ASEAN Eng., mengingatkan akan bahayanya sampah yang mencemari lautan utamanya sampah plastik. Selain sampah plastik berbahaya bagi organisme laut, sampah yang tidak terurai kemudian di bawa arus dan terdampar ke tempat yang tidak pernah terbayangkan seperti yang terjadi pada pantai Kuta. “Fenomena sampah kiriman pada Pantai Kuta sejatinya dapat diselesaikan jika sumber sampah itu sendiri dituntaskan. Sumber sampah itu tidak lain adalah sungai-sungai yang bermuara ke laut. Oleh karenanya peran masyarakat untuk disiplin dan tidak membuang sampah ke sungai adalah kunci dari penyelesain masalah sampah kiriman ini,” ucapnya, seraya berpendapat, selama sumber sampah tidak dituntaskan, maka selama itu pula fenomena kiriman sampah di pantai Kuta akan terulang.
Walaupun tidak menuntaskan masalah 100%, akan tetapi aksi sosial yang bertema "Kuta Berseri Songsong Pariwisata Jaya Lagi!' kali ini diharapkan dapat mengurangi sebaran sampah dan menjadi contoh sehingga masyarakat dan institusi-institusi lain ikut tergerak dalam aksi sosial semacam ini. “Sedangkan program IATPI berikutnya yakni terkait bersih-bersih danau, manggrove dan lainnya,” pungkas Dr. Acwin.