balitribune.co.id | Amlapura - Kebakaran hutan lindung yang terjadi di sisi utara Gunung Abang yang masuk wilayah Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, mengakibatkan jaringan pipa air bersih sepanjang 600 meter yang berada di kawasan hutan lindung Bukit Sari, Dusun Jati Tuhu, Desa Ban, juga ikut terbakar.Jaringan pipa dari sumber air Bukit Sari yang meleleh akibat kebakaran lahan tersebut, telah memutus aliran air ke sejumlah reservoar yang ada di Dusun Jati Tuhu. Akibatnya, saat ini lebih dari 160 Kepala Keluarga (KK) di dusun ini mengalami kesulitan air bersih.
I Nengah Darma, salah seorang warga Dusun Jati Tuhu, kepada Bali Tribune, Rabu (8/11) menyampaikan, sejak putusnya jaringan pipa air bersih dari sumber mata air Bukit Sari ke sejumlah reservoar yang ada di dusunnya tersebut, dia dan warga lainnya mulai memgalami krisis air bersih. Ini menyusul stok air dalam bak-bak penampungan air termasuk reservoar yang ada sudah habis dan mengering.
“Jaringan pipa air bersih dari Bukit Sari itu putus pak, karena pipanya ikut terbakar sewaktu terjadi kebakaran di Hutan Lindung Bukiut Abang. Karena Bukit Sari ini masuk wiayah hutan lindung Gunung Abang di sisi utara,” sebut Nengah Darma.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, dia dan warga lainnya yang sudah tidak lagi memiliki stok air bersih di cubang penampungan, terpaksa harus meminta air ke warga lain yang berada di bawah bukit. Itupun harus berjalan kaki lebih dari tujuh kilometer, hanya untuk mendapatkan satu ember air. “Kalau yang punya sepeda motor, ambil airnya turun bisa pakai motor. Kalau yang tidak punya motor harus berjalan jauh pak,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan I Wayan Kariasa, Wakil Bendesa Adat, Jati Tuhu. Disebutkannya, untuk mengalirkan air bersih dari sumber air Bukit Sari hingga ke dusunnya itu memerlukan jaringan pipa sepanjang enam kilometer. Sedangkan saat ini panjang pipa yang terbakar akibat kebakaran hutan lindung di Gunung Abang mencapai 600 meter lebih.
“Kalau biaya perbaikan jaringan pipa itu sekitar Rp260 juta. Kondisi saat ini sangat sulit bagi warga kami di sini untuk mencari dana sejumlah itu. Karenanya kami memohon dan berharap ada donatur atau ada bantuan jaringan pipa dari pemerintah,” katanya.
Sementara disebutkan Kakriasa, jumlah kepala keluarga yang terdampak kesulitan air bersih di dusunnya mencapai 160 KK. “Kalau membeli air dari mobil tangki mahal sekali pak, satu mobil tangki isian 5000 liter itu harganya Rp600.000. itu pun kadang jarang ada mobil tangki yang mau melayani karena medannya yang sulit,” kata Kariasa.
Saat ini lanjut dia, warganya sangat membutuhkan suplai air bersih yang rutin dari pemerintah dan donatur. Itu untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga. “Kami terus berharap agar ada bantuan air bersih secara rutin ke sini. Kamai sangat membutuhkan air bersih untuk memasak dan minum. Apalagi musim kemarau yang panjang seperti sekarang ini, makin menyulitkan bagi warga kami,” katanya penuh harap.