Jelang Pilkada Serentak, Isu Bandara Bali Utara Kembali Mengemuka | Bali Tribune
Diposting : 26 May 2024 20:16
CHA - Bali Tribune
Bali Tribune / Para Penglisir Puri  se-Bali mengikuti acara di Pura Penyusuhan Puseh Penegil Dharma, Kubutambahan, Buleleng, pada Senin (26/5)..

balitribune.co.id | Singaraja - Timbul tenggelam isu pembangunan Bandar Udara (Bandara) Bali Utara mengharu biru masyarakat Buleleng. Setelah dicoret dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan munculnya statman Ketum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri soal penolakannya terhadap keberadaan bandara tersebut, kini isu bandara kembali memgemuka setelah PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) menggalang tokoh puri di Bali untuk mengangkat isu tersebut.

Melalui kegiatan acara sakral berupa pementasan Tari Topeng Gajah Mada dan penurunan Pusaka Ki Tunjung Tutur, terselip pesan soal Bandara Bali Utara. Acara yang diselenggarakan di  Pura Penyusuhan Puseh Penegil Dharma, Kubutambahan, Buleleng, pada Senin (26/5) dihadiri  sejumlah penglisir puri atau tokoh Kerajaan di Bali.

Beberapa tokoh Puri tercatat hadir yakni Raja Klungkung Ida Dalem Semara Putra, tokoh Puri Agung Peliatan Ida Cokorda Gde Putra Nindya, tokoh Puri Agung Blahbatuh Anak Agung Ngurah Alit Kakarsana. Ada pula tokoh Puri Anyar Kerambitan Anak Agung Ngurah Bagus Erawan, tokoh Puri Anom Tabanan Anak Agung Ngurah Panji Astika, tokoh Puri Anyar Tabanan Anak Agung Ngurah Agung Juliartawa, serta tokoh Puri Agung Singaraja Anak Agung Ngurah Ugrasena.

Dalam pernyataannya, penglingsir Puri Ageng Blahbatuh Gianyar A.A. Alit Kakarsana yang akrab dipanggil Gung Alit ini mengatakan, kegiatan ritual suci yang diinisiasi oleh Paiketan Puri-Puri se-Bali ini dilakukan dapat dikatakan merupakan momentum peletakan batu pertama secara niskala pembangunan Bandara.

Kegiatan ritual itu adalah diturunkannya (tedun) pusaka raja-raja Bali yakni Ida Topeng Gajah Mada dan Pusaka Ki Tunjung Tutur. Dalam budaya Bali, menurutnya, pusaka raja memiliki makna dan nilai yang sangat sakral. 

Tidak hanya sebagai simbol  kekuasaan dan keberanian, ia juga berarti sebagai sarana untuk memohon restu dan berkah dari para leluhur serta kekuatan spiritual yang diyakini ada dalam pusaka tersebut.

"Saat ada upacara penurunan pusaka raja (tedun), ada harapan yang menyertainya. Memohon Berkah dan Restu Leluhur, Perlindungan Spiritual," ucapnya.

Selain itu, Gung Alit Kakarsana menyebut, apa yang telah dilakukan selama ini adalah untuk mendorong terealisasinya pembangunan bandara di Bali Utara. Terlebih setelah sekian lama tidak terwujud dan menjadi harapan dan impian masyarakat Bali Utara serta Bali pada umumnya.

"Semata-mata kami lakukan demi kesejahteraan masyarakat diseluruh wilayah. Baik Bali Utara, Bali Selatan, Bali Timur, dan juga Bali Barat," ujarnya.

Sementara penglisir Puri Agung Singaraja, A.A Ngurah Ugrasena mengatakan pementasan topeng Gajah Mada dan juga turunya pusaka Ki Tunjung Tutur memiliki kekuatan  dan vibrasi yang sangat kuat. Ia berharap pesan itu sampai ke pemerintah pusat terlebih keberadaan Bandara Bali Utara sudah menjadi sebuah kebutuhan.

"Ini sudah menjadi kebutuhan di Bali. Kami mendukung bandara di laut. Harapan kami pembangunan ini ramah lingkungan," katanya.

Sedangkan Direktur PT BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko mengaku optimis Bandara Bali Utara akan dibangun di Desa Kubutambahan. Proyek Bandara Bali Utara bukan proyek mendadak. Keberadaannya untuk mengatasi ketimpangan ekonomi antara Bali Utara dan Bali Selatan. Pria yang akrab disapa Iwan ini menampik isu politik karena sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu.

"Kami tetap minta dukungan agar bandara ini segera terwujud. Sehingga dapat menyeimbangkan kesejahteraan antara wilayah Bali Utara dan Bali Selatan," tandas dia.