Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

JM Taksu Dedikasikan Hidup untuk Seni Tari

Bali Tribune / I Wayan Wardana alias Jero Mangku Taksu

balitribune.co.id | Denpasar - Menari aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari seorang bernama I Wayan Wardana (47). Sosok yang tumbuh oleh tari dan di keluarga yang mendukung kecintaannya terhadap tari. Selain menjadi sosok penting dalam keluarga, ia juga dikenal tekun dan rendah hati oleh lingkungannya Banjar Merthayasa, Desa Pemecutan Kaja.

Dikenal masyarakat dengan sebutan JM Taksu (Jero Mangku Taksu), sebab ia diutus menjadi pemangku oleh masyarakat sejak 2007 silam. Tak ada kata lain baginya selain "ngayah". Makna kata itu yang selalu ia terapkan di berbagai segi kehidupannya. Karena baginya apapun yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas pasti akan kembali pada diri orang tersebut.

Disambangi di kediamannya Minggu (1/5), JM Taksu menerima Bali Tribune dengan sambutan hangat. Dengan bibir dan gigi yang terlihat kemerahan akibat mengunyah daun sirih, ia menjelaskan beberapa bagian rumah yang sekaligus menjadi studio sanggar miliknya, Sanggar Tari Wit Tonjaya. Tempat itu pula yang menjadi rumah tinggal bersama Ibu, Istri dan ketiga anaknya.

Perjalanan hidup JM Taksu di dunia seni tari tidaklah mudah. Gengsi, tekad dan mentalnya sangat dipertaruhkan. Sebelum bersekolah ia sudah mulai belajar menari. Setelah menginjak sekolah dasar, disaat teman lainnya memilih bela diri silat, tanpa ragu ia memilih tari walaupun laki-laki seorang diri. Walaupun semua teman tarinya perempuan, ia tetap tekun menjalani setiap proses latihan, karena saat itu ia sudah bercita-cita menjadi guru tari.

Setelah tamat sekolah dasar ia memilih kembali ke kampung di Tembuku, Bangli untuk melanjutkan pendidikan disana. Bersama kakek yang juga memiliki hobi sama, ia tetap giat belajar menari.

Ujian dimulai ketika ia menyelesaikan sekolah menengah pertama. Niatnya untuk melanjutkan pendidikan di SMKI Sukawati mendapat ujian ketika ayahnya saat itu tidak merestuinya mendalami dunia seni tari. Sampai suatu hari ayahnya pernah berkata "makan saja itu tari!".

Kata-kata yang masih membekas di telinga dan hatinya. Namun kecintaan terhadap seni tari tidak mengurungkan tekadnya untuk tetap bersekolah seraya mendalami hobinya tersebut. "Biarkan saya dikata pembangkang, tapi dengan tekad akan saya buktikan suatu saat nanti"

Situasi hatinya semakin memburuk setelah lulus dari SMKI Sukawati. Tidak mendapat pekerjaan membuatnya kehilangan arah dan hampir dilanda frustasi. Selalu bertanya pada diri "apa yang harus saya lakukan?". Jika melanjutkan ke perguruan tinggi, orang tua tidak mampu membiayai. Itu sebabnya ia memilih berdiam diri, lebih banyak di kamar tidak melakukan aktifitas apapun. Sampai keluarga menganggap dirinya sakit.

Setelah berjalan kurang lebih satu tahun, pamannya datang membawa 4 orang anak rata-rata sekolah dasar untuk diajarkan menari. Disana hatinya kembali gundah, khawatir akan hidupnya yang tidak berkembang, teringat pada kata-kata ayahnya beberapa tahun lalu.

Keluarga coba mencarikannya pekerjaan, namun ia tolak lantaran tidak mau lepas dari dunia seni tari. Kemudian pamannya mendatangkan lagi 2 orang untuk diajarkan menari, terus bertambah hingga berjumlah 12 orang. Perlahan dengan pengalaman itu JM Taksu muda mulai percaya diri, tanpa ragu apapun tantangan akan dihadapinya.

Suratan takdir menjawab dengan undangan dari Pemerintah Provinsi Bali yang memanggilnya untuk menjadi delegasi pertunjukan seni di Australia pada tahun 1996. Sama sekali tidak menyangka karena belum genap sebulan ia mengajar tari sudah ditugaskan tampil dalam Festival Internasional bersama dengan 14 seniman hebat lainnya.

Setelah dua minggu ia menjalankan tugas di Australia, ia mendapat sejumlah bayaran yang nominalnya cukup untuk membeli sepeda motor pada zaman itu. Tapi ia memilih menggunakannya untuk mulai merintis sanggar tari. Dirintis perlahan dari murid yang hanya 12 orang sampai akhirnya berjumlah 30 orang. Hingga pada 8 Februari 1997, sanggar resmi berdiri dan berizin Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.

Selain sanggar, JM Taksu aktif sebagai pengajar tari (ektrakulikuler) dan ditunjuk menjadi Kepala Sekolah SMP PGRI 9 Denpasar. Sebagai seorang pemangku, JM Taksu juga kerap diminta masyarakat untuk ngayah. Aktifitas formal di sekolah ia kerjakan sampai kurang lebih jam 1 siang, selebihnya untuk ngayah sebagai pemangku dan di sanggar.

JM Taksu merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Putra dari pasangan I Wayan Subrata dan Ni Wayan Sumiasih ini ingin selalu berada dekat dengan saudaranya. Walau kedua saudaranya memiliki tempat masing-masing tapi ia selalu berusaha menjaga hubungan baik. Awalnya dengan keberadaan sanggar juga ia harapkan setidaknya dapat menjadi tempat semua keluarga untuk berkumpul. Hasilnya beberapa ponakan tertarik dan sudah mengambil jalan keseniannya masing-masing, ada yang ikut di seni tari ada juga di tabuh dan kesenian lainnya.

"Saya fikir saya dibesarkan oleh takdir, diberi kesehatan dan kemampuan maka saya tidak ingin menyia-nyiakannya, segalanya saya dedikasikan untuk keluarga dengan tekad menghidupi dan mempersatukan mereka semua, sekarang dua ponakan saya ikut disini, mereka berkesenian, terlebih bertukar pikiran dengan anak-anak saya, senang sekali jika mereka sudah berkumpul".

Berbicara takdir JM Taksu menambahkan, jika istrinya Ni Komang Kembar Ariyasih merupakan salah satu dari 12 murid pertama yang ia ajari menari. Sembari tersenyum ia berkata, "Siapa sangka murid pertama saya akhirnya menjadi pendamping hidup".

Dari pernikahannya tersebut ia dikaruniai seorang putri dan dua orang putra. Ni Putu Rita Pentaswari, sulung yang sekarang sedang menempuh pendidikan tari di Institut Seni Indonesia Denpasar. Anak kedua I Kadek Panji Pinanda Kusuma, siswa sekolah menengah pertama yang juga berkecimpung di seni tari dan tabuh. Terakhir I Komang Danar Viandra Kusuma, anugrah tak terhingga yang diakui JM Taksu tidak direncanakan sebelumnya, namun ia tetap bersyukur dengan kehadirannya didunia.

Kini kisah diantara cinta terhadap seni tari itu ia simpan dan kenang dalam hati, sebagai pemantik sewaktu-waktu hari bisa saja terkesan buruk. Cerita yang ia rasa bukan hanya keringat lagi, tapi melibatkan air mata. Sampai sekarang JM Taksu meyakini kalimat "hasil mengikuti proses". Jangankan bersungut-sungut agar diberi iba dan ujungnya dibantu, meminta pun ia tidak mau. Itu bukan motivasinya mendirikan Sanggar Wit Tonjaya. Pesan itu selalu ia sampaikan termasuk kepada istri dan anak-anaknya. Apapun keadaannya, kita harus bisa untuk menjadi tangan di atas daripada tangan di bawah,” kata JM Taksu.

wartawan
M3

Astra Motor Bali Ajak Masyarakat Bijak Menjaga Kecepatan Saat Berkendara Selalu #Cari_Aman

balitribune.co.id | Denpasar – Berkendara melebihi batas kecepatan masih menjadi salah satu dari enam kebiasaan buruk yang menjadi penyebab utama kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Kebiasaan ini sering dipicu oleh faktor terburu-buru, tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas, hingga sikap egois di jalan raya.

Baca Selengkapnya icon click

Soft Launching Alster Lake Clinic: Fokus pada Pencegahan Penyakit dan Healthy Aging

balitribune.co.id | Denpasar - Alster Lake Clinic (ALC) melakukan soft launching klinik terapi sel bertaraf internasional yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali. Peresmian ALC yang secara nyata fokus untuk pencegahan penyakit dan healthy aging, dihadiri langsung oleh Prof. Dr. med. Fred Fändrich, FRCS, dokter bedah ternama asal Jerman.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Bupati Bangli Ikuti Retret Gelombang Kedua, Penguatan Kompetensi dan Wawasan Kebangsaan

balitribune.co.id | Jatinangor - Bupati Bangli, SN Sedana Arta, mengikuti Retret Gelombang Kedua yang digelar di Kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat. Retret ini dihadiri oleh 86 kepala daerah dari berbagai provinsi di Indonesia.

Sedana Arta mengungkapkan semangatnya dalam mengikuti retret ini. Ia mengatakan bahwa masih banyak hal yang harus dipelajari dalam upaya meningkatkan kompetensi diri sebagai kepala daerah.

Baca Selengkapnya icon click

Delapan Warga Desa Kalisada Digigit Anjing Rabies

balitribune.co.id | Singaraja - Sedikitnya 8 warga menjadi korban gigitan anjing liar yang diduga terkena rabies di Desa Kalisada, Kecamatan Seririt, Buleleng. 

Untuk mengatasi hal itu Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Rabu (25/6/2025) menerjunkan Tim Pelaksanaan Vaksinasi dan Eliminasi Hewan Penular Rabies (HPR).

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Gelapkan APBdes Rp373 Juta, Perbekel Non-aktif Desa Tusan Ditahan Kejaksaan

balitribune.co.id | Semarapura - Kejaksaan Negeri Klungkung kembali bergerak cepat tangani kasus dugaan korupsi dana APBdes Tusan tahun 2020 sampai 2021. Hal itu disampaikan Kepala Kejaksaan Negeri Klungkung Lapatawe B Hamka S SH dalam keterangan pers, Rabu (25/6).

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.