Semarapura, Bali Tribune
Meski Porprov Bali masih tahun depan, namun KONI Klungkung sudah sedini mungkin melakukan penggemblengan atlet yang dipersiapkan ke ajang itu. Ketua KONI Klungkung Drs Dewa Gde Oka Subawa Senin (30/5) di GOR Swecapura, Gelgel mengatakan, persiapan atlet Klungkung ke ajang Porprov Bali dilakukan dalam bentuk latihan bersama.
“KONI Klungkung melakukan latihan bersama diikuti sekitar 300 atlet dari 32 cabor yang ada. Tujuannya untuk mempersiapkan atlet Klungkung ke Porprov Bali tahun depan,” ujar Oka Subawa.
Latihan bersama minus atlet gateball karena sedang mengikuti pertandingan di tingkat provinsi. Sedangkan cabor lainnya seperti bridge juga absen karena sedang mengikuti kompetisi di ibu kota.
Menurutnya, latihan bersama dilakukan KONI Klungkung untuk kembali menyegarkan motivasi dan semangat para atlet, pelatih dan pengurus cabor yang ikut Porprov Bali di samping untuk merujuk program Gema Santhi yang sudah dicanangkan Bupati Suwirta untuk memajukan dan meningkatkan olahraga Klungkung.
”Latihan bersama ini kita laksanakan mulai minggu ini untuk terus digenjot melanjutkan kegiatan program latihan di cabor masing-masing secara terarah dan sistematis sehingga prestasi para atlet kita menunjukkan kemajuan prestasi yang diharapkan,” ujar mantan Pembina Pramuka Klungkung ini.
Namun menurutnya ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak dengan pembinaan olahraga di Klungkung ini seperti kondisi lapangan Swecapura yang masih kurang layak untuk program latihan berkelanjutan.
“Kondisi lapangan rumput Swecapura yang disayangkan karena kurang terurusnya rumput yang tumbuh sehingga sangat mengganggu atlet yang latihan,” bebernya dan menambahkan karena adanya hambatan pendanaan yang tumpang tindih karena ternyata anggaran pemeliharaan GOR dan lingkungannya yang tercantum dalam DPA Disdik Klungkung sebesar Rp100 juta tidak bisa dgunakan akibatnya sarana dan prasarana untuk memelihara kebersihan seperti pemeliharaan mesin pemotong rumput rusak.
Ia memastikan kondisi ini bakal terus terjadi kalau seluruh lembaga terkait utamanya Disdikpora sepertinya tutup mata tidak berusaha mencarikan solusi yang tepat. Terkait dana pemeliharaan yang ngadat hingga saat ini menjadi penyebab terhambatnya pemeliharaan dan perbaikan alat yang terjadi sejak Januari 2016, kini semua terbengkalai.
Ia juga menyayangkan anggaran monitoring Rp500 ribu untuk tim yang sudah dibentuk malah dipending sehingga membuat tim jalan di tempat. “Bayangkan anggaran untuk tim yang hanya Rp500 ribu itu sudah sejak era bupati yang dulu mencanangkan malah sekarang ini dipending jelas ini menghambat,” ujarnya.