Negara, Bali Tribune
Parahnya abrasi yang terjadi di pesisir Bali Barat, kian mengkhawatirkan. Seperti yang terjadi di pesisir Banjar Ketapang Lampu, Desa Pengambengan, Negara. Sejak beberapa tahun belakangan abrasi menggerus bibir pantai hingga meluluhlantakkan permukiman warga yang mayoritas nelayan.
Akibatnya, warga terdampak abrasi yang merupakan warga kurang mampu itu, kini harus meninggalkan permukiman yang selama ini mereka tempati. Pemerintah setempat pun hingga kini belum ada tanda-tanda menangangi musibah yang menimpa warga pesisir selatan Bumi Makepung Jembrana ini.
Menerima kenyataan ini, Minggu (17/7) warga melancarkan protes terhadap abrasi yang mengancam kehidupan mereka yang hingga kini belum mendapatkan penanganan. Pantauan di Banjar Ketapang, Desa Pengambengan, warga yang tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Pesisir Lampu memasang spanduk protes berisi pernyataan kekecewaan. Pernyataan-pernyataan yang ditulis dengan cat merah itu seperti; "Kami Tidak Butuh Janji, Kami Butuh Tindakan Nyata", "Selamatkan Daratan Kita Dari Abrasi Untuk Anak Cucu", dan sepanduk yang isinya mempertanyakan tanggung jawab perusahaan yang dituding menyebabkan abrasi parah di lokasi itu.
Salah seorang warga Ketapang yang melakukan aksi protes, Sauki saat ditemui bersama puluhan warga yang melakukan protes mengatakan aksi protes dengan pemasangan sepanduk kekecewaan itu merupakan bentuk keputusasaan warga yang menjadi korban abrasi karena tidak ada penanganan berarti dari pemerintah. Jika masih tetap dibiarkan, menurutnya, bisa-bisa rumah yang ada di kampungnya itu habis karena roboh akibat abrasi. Warga berharap pemerintah memberikan prioritas penanganan abrasi terhadap kampung ini karena merupakan permukiman kawasan pesisir padat penduduk.
Bahkan kini keluarganya bersama puluhan warga lainnya sudah mengungsi dan menumpang maupun menyewa di lokasi yang cukup jauh dari pantai. Mereka berencana menjual tanah dan rumahnya itu kendati jaraknya sekitar 25 meter dari bibir pantai.
Warga juga mengaku kesulitan menjual tanahnya itu karena pembeli mencari tanah yang aman. Warga meyakini karena cepatnya abrasi meluas menggerus tanah di pinggir pantai, tidak lama lagi tanah-tanah milik warga itu juga akan ikut terkena gerusan akibat ganasnya gelombang air laut.