BALI TRIBUNE - Portofolio kredit usaha kecil, menengah (UKM) dan Consumer Mortgage Bank Danamon pada kuartal I tahun 2018 tumbuh masing-masing 12 persen dan 40 persen, Rasio CASA pun membaik menjadi 48,3 persen. Regional Head PT. Bank Danamon Bali-Nusa Tenggara, I Gusti Agus Indrawan kepada awak media di Denpasar, Selasa (8/5) membeberkan laba bersih setelah pajak (NPAT) pada periode tersebut berada pada posisi stabil dibandingkan
dengan setahun sebelumnya sebesar Rp 1 triliun.
Secara kuartalan, laba bersih tumbuh 61 persen dari Rp 648 miliar di kuartal IV tahun 2017. Biaya Kredit (cost of credit) terus menunjukkan tren membaik
atau turun sebesar 4 persen menjadi Rp 798 miliar dibandingkan setahun sebelumnya. Bank juga
melanjutkan pengelolaan biaya operasional yang disiplin, menghasilkan rasio biaya terhadap pendapatan
(cost to income ratio) pada tingkat 48 persen.
"Di awal tahun ini, kami membangun fondasi untuk pertumbuhan berkelanjutan di masa mendatang. Kami terus meningkatkan layanan digital dan menjalin kemitraan strategis dengan institusi-institusi terkemuka guna menyediakan pengalaman yang lebih baik untuk nasabah," beber pria yang akrab disapa Gus Lopes ini.
Dia menyatakan, pada tiga bulan terakhir telah meluncurkan layanan dompet digital (D-Wallet) dengan DOKU, kemitraan kartu kredit korporat
dengan Shell, solusi pembayaran nontunai dengan Railink, serta kemitraan financial supply chain dengan
beberapa perusahaan multinasional.
Terkait kinerja, kuartal pertama tahun ini sudah menunjukkan tanda-tanda positif, seiring dengan kredit yang mulai tumbuh dibeberapa segmen usaha, seperti segmen Consumer Mortgage, UKM dan pembiayaan kendaraan bermotor. Selanjutnya dikatakan Gus Lopes,
Pertumbuhan kredit pada kuartal pertama 2018 mulai menunjukkan tren positif, sejalan dengan portofolio
kredit Danamon yang terus bergeser menuju segmen non-mass market.
Total portofolio kredit dan trade
finance tumbuh 3 persen menjadi Rp 130,2 triliun pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan setahun sebelumnya sebesar Rp 126,4 triliun. "Kredit pada segmen UKM tumbuh 12 persen menjadi Rp 29,3 triliun," terangnya.
Sementara kredit Consumer Mortgage atau KPR tumbuh 40 persen menjadi Rp 6,6 triliun. Dalam hal pembiayaan kendaraan bermotor kata dia, pembiayaan total Adira Finance adalah sebesar Rp 46 triliun atau tumbuh 5 persen dibandingkan setahun sebelumnya. Pembiayaan baru Adira Finance tumbuh 17 persen untuk roda dua dan 30 persen roda empat secara setahunan ini didorong oleh industri otomotif yang sudah mulai pulih.
Dikatakan Gus Lopes, di luar perbankan mikro, total portofolio kredit dan trade finance tumbuh 6 persen menjadi Rp 124,5 triliun dibandingkan setahun sebelumnya. Sedangkan dia memaparkan, giro dan tabungan atau CASA naik 11 persen menjadi Rp 50 triliun. Rasio CASA pun membaik menjadi 48,3 persen dari 44,3 persen pada tahun sebelumnya karena peningkatan rekening tabungan yang bersifat granular.
Namun untuk deposito tercatat menurun 4 persen menjadi Rp 53,7 triliun, karena bank ini melakukan pelepasan
dana mahal. Struktur pendanaan yang lebih baik ini menghasilkan biaya dana (cost of fund) yang lebih
rendah serta membangun fondasi yang baik untuk pertumbuhan kedepannya. "Lebih lanjut, rasio kredit
terhadap total pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) terkelola dengan baik pada tingkat 93,5 persen," sebutnya.
Kemudian ditambahkan Gus Lopes, CAR (capital adequacy ratio) konsolidasian berada pada posisi 21,6 persen sementara CAR bank
only tercatat sebesar 22,5 persen.
Kualitas aset pun pada periode ini membaik dengan terus meningkatkan kualitas aset melalui penerapan prosedur pengelolaan risiko yang
pruden serta proses collection dan credit recovery yang disiplin.
Rasio kredit bermasalah (non-performing
loans/NPL) tercatat pada 3,1 persen dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu yakni 3,2 persen.
Biaya Kredit (cost of credit) juga menurun 4 persen menjadi Rp 798 miliar. Rasio Biaya Kredit (cost of credit ratio)
berada pada tingkat 2,5 persen atau membaik dibandingkan 2,7 persen pada setahun sebelumnya dan 3,1 persen pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu Gus Lopes menyatakan penyaluran kredit di wilayah Bali dan Nusa Tenggara mencapai Rp 2,07 triliun. Jumlah itu tumbuh 5,85 persen jika dibandingkan periode tahun 2017 lalu yaitu Rp 1,9 triliun.