BALI TRIBUNE - Pasangan Wayan Koster dan Cok Ace menerima piteket dan pitutur dari penglingsir krama Bali yang diwakili oleh tokoh Akademisi, Budayawan, Penglingsir Desa Adat, Penglingsir Umat dan Sulinggih. Mereka adalah, mewakili akademisi mantan Rektor Unud Prof. DR. Dr. I Made Bakta S.Pd, Budayawan Prof. Drs. I Ketut Widnya, MA.,M.Phil.,Ph.D, Se, Sekretaris Majelis Ulama Desa Pekraman (MUDP) Provinsi Bali I Ketut Sumarta, Ketua Parisada Hindu Dharma (PHDI) Provinsi Bali Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si, dan sulinggih Ida Pedanda Wayahan Bun Griya Sanur Pejeng. Apa saja piteket yang diberikan kepada pasangan Wayan Koster-Cok Ace?
Prof Made Bakta yang paling awal memberikan piteket menilai visi misi dan program yang telah dipaparkan dari segi akademi sangat komperhensif. Namun demikian, dia mengharapkan nantinya apabila memimpin Bali dapat melaksanakan pembangunan kerakyatan, pemerataan pembangunan antar wilayah, dengan outcome penurunan tingkat kemiskinan. “Kalau itu terjadi bapak (Wayan Koster-Ace) sukses sebagai pemimpin, dan komponen masyarakat Bali harus berpartisipasi dalam pembangunan,”ujarnya. Dia juga menekankan, sebagai pemimpin harus meningkatkan kemampuan mendengarkan aspirasi rakyat. “Pemimpin kita banyak pintar berbicara, tapi jarang mendengar aspirasi rakyat. Harapan kami tidak banyak, 60 persen saja program yang dipaparkan bisa terlaksana, maka kemajuan Bali sangat luar biasa,”tandasnya.
Dalam perspektif Hindu, pemimpin harus dapat membangun peradaban, yang didalamnya mencakup kehidupan rohani, seni, budaya, adat istiadat, termasuk pembangunan politik dan ekonomi. Dalam ajaran Hindu kekuasaan harus digunakan untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Demikian disampaikan Budayawan Prof. Drs. I Ketut Widnya, MA.,M.Phil.,Ph.D, Se, yang memberikan piteket berikutnya. Dikatakannya, pemimpin dalam Sarasamuccaya disebut membangun perahu dharma. “Pemimpin politik menjadi nahkoda menuju pantai harapan. Pemimpin mengendalikan perahu agat tidak karam, artinya pemimpin harus dapat mengendalikan rakyatnya dari kemabukan dan hal-hal negatif lainnya,”paparnya. Ditambahkannya, krisis politik terjadi karena pemimpin ingin berkuasa dalam waktu lama. “Percuma berkuasa lama kalau tidak memberikan kontribusi kepada rakyatnya, kerja, kerja dan kerja, pemimpin harus bisa membangun peradaban,”tegasnya.
Sementara itu Sekretaris MUDP Provinsi Bali Ketut Sumarta mengatakan sistim perencanaan pembangunan untuk Bali kedepan yang disusun Wayan Koster-Cok Ace sudah sangat baik. Meski demikian, dirinya mengingatkan bila nanti memimpin Bali agar benar-benar dilakanakan. “Harus saje, seken, beneh, lascarya, wahyaadiatmika ( sekala niskala) dan menegakkan kebenaran sesungguh sungguhnya. Janji paslon sudah tercatat sekala niskala,”katanya. Sebagai pemimpin Wayan Koster-Cok Ace harus mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilaksnakan. Dia juga mengingatkan agar mengedepankan kepentingan niskala baru kemudian sekala.
Wayan Koster-Cok Ace diingatkan jangan pernah lupa dengan Bhisama Batara Gunung Agung. Ketua PHDI Bali IGN Sudiana mengungkapkan, Bhisama Batara Gunung Agung adalah siapapun pemimpin Bali yang taat kepada Bhisama Bali maka akan mendapat restu dari Ida Bhatara. Dan sebaliknya, bila tidak melaksanakan Bhisama maka pemimpin akan menemui kehancuran. Salah satu Bhisama adalah selalu melaksanakan Panca Semaya. “Satya Mitra (setia kepada rakyat) penuhi keinginan rakyat, jangan memaksakan kehendak. Satya Wacana, jangan ingkar pada omongan, Satya Laksana berbuatlah berdasarkan kebenaran. Satya Herdaya serahkan dirimu kepada rakyat dan Satya Semaya tepati janji,”harapnya.
Ida Pedanda Wayahan Bun yang memberikan piteket terakhir mengataka pemimpin yang memiliki kemampuan akademis harus diimbangi dengan moral yang baik. “Tanpa memiliki moral yang baik, pemimpin yang memiliki kemampuan akademis justru akan menjadi sumber malapetaka,”katanya. Untuk itulah, dirinya mengharapkan pasangan Wayan Koster-Cok Ace memegang teguh moralitas jika nanti menjadi pemimpin Bali. Dalam pembangunan harus jelas dasar, arah, tujuan dan dampaknya. “ Jangan memperkaya diri, perkayalah rakyat. Seperti filafat tawon mengisap serbuk sari secukupnya untuk menghasilkan madu, pemimpin harus juga demikian tidak kemaruk, bekerja untuk kesejahteraan rakyat,”ucapnya. Pasangan ini diingatkan saat masa kampanye ‘berperanglah’ dengan kesatria dan jujur untuk merebut hati rakyat. Merebut kemenangan dengan menjaga kerukunan serta kondusifitas Bali. “Ketahuilah kelemahan diri sendiri sebagai kekuatan untuk mengalahkan lawan,”pungkasnya.