BALI TRIBUNE - Atlet tarung derajat putra Bali, I Nyoman Mardiana sukses meraih emas bagi kontingennya dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) 2017 yang berlangsung di Makassar. Emas Mardiana itu terasa sangat special, karena dengan prestasinya itu, tradisi medali emas bagi cabor full body contact itu tetap terjaga dalam kejuaraan berskala nasional.
Sekum Pengprov Kodrat Bali AA Bagus Tricandra Arka saat dihubungi dari Denpasar, Selasa (17/10) mengatakan, perjalanan Mardiana menuju final terbilang lumayan berat di kelas 67,1-71 kg putra. Di babak penyisihan yang digelar di GOR Unhas Makassar, peraih perak PON 2016 silam itu bertemu petarung DKI Jakarta dan menang 3-0.
Kemudian di babak selanjutnya, meski mendapat tekanan, akhirnya Mardiana kembali menang dengan skor 3-0 saat melawan Jambi. Di babak semifinal, peforma petarung yang menempuh pendidikan di IKIP PGRI Bali itu semakin mantap. Petarung yang menyumbang emas untuk Gianyar di Porprov Bali 2017 lalu itu sukses meng-KO musuhnya sekaligus merebut tiket final.
Setelah mendapat tiket final yang diputar Selasa kemarin, I Nyoman Mardiana bertemu Tessar Fachri dari Jawa Timur. Mardiana dinyatakan menang setelah mendapat skor 3-0 oleh juri. Bahkan, kata Tri Candra Arka, lawannya itu sudah sempoyongan di ronde kedua dan mendapat hitungan dari wasit.
Uniknya, petarung Jatim yang dikalahkan Mardiana itu adalah lawan yang juga dihadapi petarung Bali yang kini telah pensiun Adip Gandadi Putra saat final PON 2016. Kala itu, Adip mengalahkan Tessar dan menjadi penyumbang emas terakhir sekaligus penentu target medali bagi kontingen Bali.
"Emas yang diraih Mardiana ini tetap menjaga tradisi emas Bali di event nasional. Kredit khusus juga diberikan Mardiana karena ini adalah persiapan dia menuju PON 2020. Apalagi statusnya sebagai atlet Primada Bali," ujar Tri Candra Arka.
Sambungnya, sukses meraih emas di level Pomnas diakuinya bisa mengulang di level PON. Pasalnya, di Pomnas ini, atlet-atlet yang berlaga kebanyakan dipakai sebagai proyeksi oleh provinsi masing-masing untuk persiapan Pra-PON maupun PON.
Di ajang ini Kodrat Bali mengutus tiga petarung. Selain Mardiana, juga ada nama Gede Dicky Handika Putra dan petarung putri Ni Kadek Trisna Wati. Namun, keduanya gagal di babak penyisihan. "Dua petarung itu memang proyeksi untuk Pra-PON dan juga PON. Ini adalah event pertama mereka di nasional, jadi bisa dibilang sebagai ajang pemanasan," tandasnya.