balitribune.co.id | Gianyar - Selain Tanaman, ayam ras Bali keberadaannya juga langka. Hal ini diakibatkan oleh adanya penggunaan yang terus-menerus sementara pengembangannya sangat sedikit. Oleh karena itu tidak dipungkiri ayam Bali ini kini semakin melangka. Menyikapi kondisi itu, Dinas Pertanian dan Peternakan Gianyar mulai mengembangkan ayam khas (buras) Bali.
Hal ini dijelaskan Kadistannak Gianyar, AA Ari Putri didampingi Kabid Pembibitan dan Produksi, AA Parwata, Selasa (8/11). Dijelaskan AA Parwata kebutuhan akan ayam Bali seperti jenis biying, ijo, brumbun, wangkas, ireng atau jenis lain seperti biying brahma sangat sulit didapat untuk kebutuhan upacara Dewa Yadnya atau Bhutta Yadnya. Sedangkan ayam yang ada saat ini sudah tidak murni atau campuran dengan pejantan luar, seperti kancingan, Filipina atau pejantan lain yang bukan asli Bali. "Sekalipun misalnya ada ayam biying, namun sudah tidak asli lagi, sudah tercampur dengan jenis lain, apalagi mencari biying brahma, susahnya minta ampun," bebernya.
Atas dasar persoalan ini, Dinas Pertanian dan Peternakan mengembangkan program pemurnian ayam Bali, khusus untuk kebutuhan upakara. Lahan yang digunakan di BPP Dinas Pertanian Provinsi Bali, Banjar Tarukan, Desa Pejeng. "Luas lahan 1 hektar, sangat memadai untuk pengembangan program ini," jelas AA Parwata. Untuk tahap pertama, dikembangkan 50 ekor betina ayam asli Bali dan 10 pejantan asli Bali. Dari 60 ekor yang berumur 6 bulan ini akan terus diternakkan sampai mencapai ratusan.
Sedangkan kandang yang disiapkan sebanyak 2 blok dengan ukuran 4 x 8. Dalam satu blok nantinya akan ada 4 kandang kecil menampung indukan. "Targetnya, pertama pemurnian ayam Bali, yang ke depannya dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan upakara Yadnya di Gianyar dan Bali pada umumnya," jelas AA Parwata.
Kandang ayam ini sudah didatangi langsung Bupati Gianyar dan mendapat apresiasi. Diharapkan agar warga Gianyar ikut mengembangkan ayam khas Bali agar tidak punah.