balitribune.co.id | Denpasar - Berbagai pihak menyadari keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi pondasi yang kuat dalam perekonomian bangsa. Perguruan tinggi pun telah memberikan banyak ilmu mengenai berwirausaha bagi mahasiswa dan mahasiswinya. Pasalnya, Indonesia sudah beberapa kali mengalami dampak dari krisis global, namun pelaku UMKM masih dapat bertahan. Demikian disampaikan Guru Besar Undiknas University, Prof. Ida Bagus Raka Suardana saat Bisnis Lounge Seminar UMKM Bali Go Digital Mendorong Kemajuan UMKM Bali Melalui Pemanfaatan Ekosistem Digital yang digelar Bisnis Indonesia berkolaborasi dengan Sampoerna Entrepreneurship Training Center di Kampus Undiknas University, Denpasar, Selasa (21/11).
"Kami yakin kegiatan-kegiatan ini dapat mendorong, memotivasi meningkatkan UMKM di Bali yang semakin adaptif dengan teknologi dalam hal upaya untuk semakin mampu bersaing terutama secara global. Harapan kami, kegiatan ini kedepan dan mampu berkolaborasi kembali membawa UMKM naik income-nya melalui teknologi agar mampu bersaing di pasar global," ujarnya.
Ia memaparkan tantangan UMKM di Bali pasca-pandemi Covid-19 tidak lebih mudah yang dikarenakan adanya tensi geopolitik, perubahan iklim, kampanye ekonomi hijau dan kelestarian alam. Dimana saat ini beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkena dampak dari arus era digitalisasi. Bahkan toko konvensional yang sudah banyak tergantikan dengan model bisnis marketplace, disamping itu taksi atau ojek tradisional posisinya sudah tergeserkan dengan moda-moda berbasis online.
"Berkaitan dengan digitalisasi ada 6 strategi besar transformasi ekonomi Bali. Tranformasi berbasis digital akan mendukung akselerasi pengembangan UMKM. Pemanfaatan platform digital dapat mendorong UMKM yang lebih kuat melalui peningkatan kapasitas yang lebih produktif dan inovatif serta memfasilitasi perluasan akses UMKM baik pada marketplace, industri, dan lembaga keuangan," papar Prof. Raka.
Pihaknya pun menyampaikan tantangan dan hambatan digitalisasi UMKM Bali yang masih banyak ditemui seperti rendahnya kualitas sumber daya manusia dari sisi pendidikan, keterampilan, pengalaman dan akses internet. Rendahnya minat pelaku UMKM untuk mau mempelajari teknologi informasi dan komunikasi. "Solusinya, pemerintah seyogyanya membuat kebijakan atau regulasi yang dapat mendorong adopsi ekonomi digital. Misalnya pembiayaan bagi usaha rintisan, keringanan pajak, serta literasi tentang pentingnya digitalisasi dalam berbisnis. Harapannya adalah pada produktivitas usaha, perluasan akses pasar, penyerapan tenaga kerja dan pemerataan kesejahteraan ekonomi," jelasnya.
Kepala Bidang Pemberdayaan UKM Dinas Koperasi, UKM Provinsi Bali, Anak Agung Ngurah Satrya Diana mengatakan, Pemerintah Provinsi Bali membuat target untuk menciptakan rasio kewirausahaan agar meningkat. Bali dengan jumlah penduduk 4,3 juta ini ada 6 sektor unggulan ekonomi yakni pertanian, kelautan/perikanan, industri, IKM, UMKM dan koperasi, ekonomi kreatif, pariwisata. "Adik-adik mahasiswa diharapkan nantinya menjadi pelaku usaha yang memiliki motivasi tinggi, sehingga UMKM Bali terus berkembang," katanya.
Ketua Bidang ESDM, Lingkungan Hidup dan Kehutanan BPD Hipmi Bali, I Komang Manik Sumardika mengaku, sebagai pengusaha tetap optimis kendati di tahun 2024 situasi politik yang belum pasti. "Kami di Hipmi menularkan virus-virus kewirausahaan mulai sejak dini. Kondisi ekonomi Bali sudah berangsur-angsur pulih dari pandemi. Dengan adanya digitalisasi, pelaku usaha akan dimudahkan menjangkau pasar hingga luar pulau dan luar negeri. Sehingga menjadi peluang memasarkan produk," ucapnya.
Pihaknya pun tidak menampik adanya ancaman yang ditimbulkan dari digitalisasi tersebut. "Tapi ada ancaman yang terjadi, semakin bisa menangkap market akan ada ancaman karena persaingan dengan negara-negara lain," cetus Manik.
Ia telah menyiapkan beberapa strategi menghadapi ancaman dari era digital tersebut yang dianggap sebagai alat memudahkan dalam memasarkan produk. "Dengan semakin ketatnya persaingan yang ada, tentunya harus sudah memiliki pola analisa dari fundamentalnya, sehingga menjual produk lebih mudah. Strateginya dengan Blue Ocean Strategy yakni persaingan tidak ketat, tidak ada perang harga dan penjual fokus pada kualitas," bebernya.
Salah seorang pelaku usaha di Bali,Bagus Galih Hastosa mengaku menjangkau pasar yang lebih luas di era digital dengan memanfaatkan media sosial sebagai investasi. "Pengalaman sukses berbisnis memanfaatkan digitalisasi dengan media sosial harus konsisten," imbuhnya.