Naker Pariwisata Dihantui PHK | Bali Tribune
Bali Tribune, Sabtu 30 November 2024
Diposting : 6 March 2020 07:26
Nyoman Astana - Bali Tribune
Bali Tribune/ Situasi salah satu usaha pariwisata di Ubud
Balitribune.co.id | Gianyar - Kepanikan warga tidak bisa dihindari menyikapi  dampak virus corona yang sudah merambah Indonesia. Bali meski dinyatakan belum ada warga yang positif, namun aktivitas pariwisata mulai goyang.  Turunnya kunjungan wisatawan tak terkecuali di Gianyar, menyebabkan sejumlah sektor pariwisata mulai merumahkan sejumlah karyawan untuk sementara. PHK pun membayangi  mereka jika virus tidak segera reda. 
 
Agus, salah seorang pengusaha resto di Sukawati, mengaku sudah merumahkan 50 persen karyawannya semenjak wisatawan Tiongkok  masuk ke Bali awal Februari lalu.  Terlebih restonya memang sebagian besar menerima tamu Tiongkok. 
 
Agar usaha tetap jalan, sejumlah karyawan terpaksa dirumahkan sementara.  “Kami tidak memberhentikan. Beberapa  orang kerap kami panggil jika ada bookingan dari grup kecil.  Di sini kami kekeluargaan karyawan pun sangat mengerti kondisi kami,“ ungkap Agus, Kamis (5/3).
 
Sementara Agung,  pengusaha akomodasi perhotelan dan vila di Pejeng Kaja menyebutkan pada salah satu vilanya mempekerjakan 27 karyawan.  Disebutkan, hingga kini pihaknya  belum ada merumahkan karyawan.
 
Menyiasati musim paceklik ini, pihaknya mengambil  kebijkan dengan mempekerjakan karyawan 14 hari sebulan, yang semula 28 hari. Pengusaha ini juga menyebutkan, kondisi ini dipahami karyawannya.
 
“Mulai April vila tidak ada booking atau kosong, karena tamu membatalkan kunjungan ke Bali lantaran  travel warning,” terangnya.
 
Disebutkan, sejumlah  rekannya sesama pengusaha juga melakukan hal yang sama, yaitu pengurangan jam kerja sampai 50 persen. Sedangkan gaji yang didapat sebagian gaji pokok tanpa bonus, mengingat usaha tidak mendapat keuntungan. Ia berharap kondisi segera normal sehingga aktivitas usaha bisa normal.
 
Menyikapi kondisi ini Kadisnaker Gianyar AA Dalem Jagadhita mewanti-wanti agar pengusaha pariwisata tidak mem-PHK karyawan. Pengusaha pariwisata, baik hotel, restoran dan usaha lain yang berhubungan pariwisata, disebutkan  masih memiliki alternatif lain menyiasati kondisi tenaga kerja. “Salah satu alternatifnya dengan mengurangi jam kerja, asal tidak mem-PHK,” harap Jagadhita.
 
Walau demikian, Disnaker Gianyar sampai Kamis (5/3) belum mendapatkan data berapa perusahaan sudah merumahkan karyawan dan berapa karyawan yang sudah dirumahkan. Bahkan, sampai saat ini kondisi usaha pariwisata masih berjalan normal, mengingat belum ada perusahaan yang melaporkan berkait karyawan yang dirumahkan.
 
Menyikapi persoalan tersebut, dalam waktu dekat pihaknya akan berkoordinasi dengan serikat dan perhimpunan pariwisata. Dari pertemuan ini agar pekerja-pekerja pariwisata masih mendapat harapan bisa bekerja kembali di sektor pariwisata ketika kondisi pariwisata kembali normal.
 
“Harapan saya tidak ada perusahaan yang mem-PHK karyawan dan itu bukan solusi terakhir. Nanti kami akan berkoordinasi terkait persoalan ini,” pungkasnya.